BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada saat tahun
70-an puisi sangat digemari para pujangga. Pembuktianya pun ada, contohnya pada
zaman dulu ada lagu yang liriknya dari puisi.pada saat masa kejayaan puisi,
puisi tidak hanya sebagai ungkapan cinta terhadap lawan jenis tapi juga ada
sebagai kritik atas pemeritah, untuk seseorang yang berjasa, atau pun seseorang
yang mereka benci. Tapi sekarang puisi tidak terlalu digemari lagi itu
dikarenakan perbandingan kemajuan teknologi tidak sebanding dengan pemikiran
dan perasaan masyarakat sehingga seseorang lebih mengutamakan keinstalan dari
pada suatu perosesnya.
Karena perbandingan
tak seimbang tadi sehingga masyarakat terutama para remaja tidak lagi terlalu
tertarik kepada puisi, bukan itu saja puisi yang sangat terkenal pun sudah
mulai dilupakan. Makin lama masyarakat akan makin lupa tentang puisi seperti:
jenis-jenisnya, setrukturnya, perbedaannya, dan lain-lain.
Untuk itu saya
membuat makalah ini berjudul “puisi” agar kita dapat mengingatnya,
mempelajarinya, dan juga memahami perbedaannya, dan strukturnya lebih jelas
sehingga kita dapat membuat puisi sendiri. Apa bila kita sudah bisa membuat
puisi dan lebih mengerti perbedaan juga strukturnya Sehingga kita generasi baru
dapat mempopulerkan puisi kembali.
1.2 Rumusan Masalah
1)
Apa
yang dimaksud dengan puisi?
2)
Apa
sajakah unsur-unsur dalam puisi?
3)
Apa
sajakah jenis-jenis puisi?
1.3 Tujuan
1)
Mengetahui
pengertian puisi
2)
Mengetahui
unsur-unsur puisi.
3)
Mengetahui
jenis-jenis puisi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Puisi
Puisi (dari bahasa
Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis
di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan,
atau selain arti semantiknya.
Penekanan pada
segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima
adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan.
Pandangan kaum awam biasanya membedakan puisi dan prosa dari jumlah huruf dan
kalimat dalam karya tersebut. Puisi lebih singkat dan padat, sedangkan prosa
lebih mengalir seperti mengutarakan cerita. Beberapa ahli modern memiliki
pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi
sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas.
Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang
lain ke dalam keadaan hatinya.
Baris-baris
pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal
tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan
pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu
kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut
mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu
memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang
membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa
perbedaan antara puisi lama dan puisi baru
Namun beberapa
kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan ini makin
memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri yaitu
'pemadatan kata'. Kebanyakan penyair aktif sekarang baik pemula ataupun bukan
lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok puisi tersebut.
Di dalam puisi
juga biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah.
Majas tersebut juga ada bemacam, salah satunya adalah sarkasme yaitu
sindiran langsung dengan kasar.
Di beberapa daerah
di Indonesia puisi juga sering dinyanyikan dalam bentuk pantun.
Mereka enggan atau tak mau untuk melihat kaidah awal puisi tersebut.
2.2 Unsur-Unsur Puisi
Unsur-unsur
puisi meliputi struktur fisik dan struktur batin puisi
1)
Struktur
fisik puisi
Struktur fisik
puisi terdiri dari:
·
Perwajahan
puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi
kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak
selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal
tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
·
Diksi,
yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena
puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan
banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan
kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan
urutan kata.
·
Imaji,
yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi,
seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba
atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan
melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
·
Kata
konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan
munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya
kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll.,
sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat
hidup, bumi, kehidupan, dll.
·
Gaya
bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan
menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi
prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa
disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara
lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme,antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars
pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
·
Rima/Irama adalah
persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima
mencakup:
·
Onomatope (tiruan
terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.),
·
Bentuk
intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak
berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya
·
Pengulangan
kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya
bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
2)
Struktur
batin puisi
Struktur batin
puisi terdiri dari
·
Tema/makna
(sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan
makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun
makna keseluruhan.
·
Rasa
(feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam
puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang
sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis
kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis
dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan
dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih
kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak
bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang
terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
·
Nada (tone),
yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan
rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja
sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja
kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
·
Amanat/tujuan/maksud
(intention); yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca
2.3 Jenis-jenis Puisi
Menurut
zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru
1)
Puisi
lama
Puisi lama
adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara
lain :
·
Jumlah
kata dalam 1 baris
·
Jumlah
baris dalam 1 bait
·
Persajakan
(rima)
·
Banyak
suku kata tiap baris
·
Irama
Ciri puisi
lama:
a)
Merupakan
puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
b)
Disampaikan
lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
c)
Sangat
terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata
maupun rima.
Jenis-jenis
puisi lama:
·
Mantra adalah
ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
·
Pantun adalah
puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri
dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai
isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi,
agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
·
Karmina adalah
pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
·
Seloka adalah
pantun berkait.
·
Gurindam adalah
puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
·
Syair adalah
puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris,
bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
·
Talibun adalah
pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
2)
Puisi
baru
Puisi baru
bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku
kata, maupun rima.
Ciri-ciri Puisi
Baru:
a)
Bentuknya
rapi, simetris;
b)
Mempunyai
persajakan akhir (yang teratur);
c)
Banyak
mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
d)
Sebagian
besar puisi empat seuntai;
e)
Tiap-tiap
barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
f)
Tiap
gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.
Jenis-jenis
puisi baru Menurut isinya, puisi dibedakan atas :
·
Balada adalah
puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait,
masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b.
Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait
pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya. Contoh: Puisi
karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Balada Matinya Seorang Pemberontak”.
·
Himne adalah
puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-cirinya
adalah lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan,
tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini,
pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang
dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan,
dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan.
·
Ode adalah
puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi
(metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat
menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
·
Epigram adalah
puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal dari Bahasa
Yunani epigramma yang berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat
membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
·
Romansa adalah
puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari bahasa
Perancis Romantique yang berarti keindahan perasaan; persoalan kasih
sayang, rindu dendam, serta kasih mesra
·
Elegi adalah
puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang
mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama
karena kematian/kepergian seseorang.
·
Satire adalah
puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari bahasa
Latin Satura yang berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu
fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura,
rasuah, zalim, dsb.).
Sedangkan
macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya antara lain:
·
Distikon,
adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).
·
Terzina,
puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
·
Kuatrain,
puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).
·
Kuint,
adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
·
Sektet,
adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).
·
Septime,
adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).
·
Oktaf/Stanza,
adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau
puisi delapan seuntai).
·
Soneta,
adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua
bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga
baris. Soneta berasal dari kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari
kata sono yang berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara.
Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belanda diperkenalkan
oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah
yang dianggap sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia
tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih
mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah
jumlah barisnya (empat belas baris).
3)
Puisi
kontemporer
Kata kontemporer secara
umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan zaman atau selalu
menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman. Selain itu, puisi kontemporer
dapat diartikan sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu terakhir. Puisi
kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu sendiri. Puisi
kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun
bahasa, memakai kata-kata yang makin kasar, ejekan, dan lain-lain. Pemakaian
kata-kata simbolik atau lambang intuisi, gaya bahasa, irama, dan sebagainya
dianggapnya tidak begitu penting lagi.
Puisi
kontemporer dibedakan menjadi 3 yaitu
a)
Puisi
mantra adalah puisi yang mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum
Bachri adalah orang yang pertama memperkenalkan puisi mantra dalam puisi
kontemporer. Ciri-ciri mantra adalah:
b)
Mantra
bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang
disajikan untuk menimbulkan akibat tertentu
c)
Mantra
berfungsi sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri
d)
Mantra
mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu terletak
pada perintah.
e)
Puisi
mbeling adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang
dimaksud ialah ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini
muncul pertama kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar
khusus untuk menampung sajak, dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado,
lembar tersebut diberi nama "Puisi Mbeling". Kata-kata dalam puisi
mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main.
f)
Puisi
konkret adalah puisi yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa
tata wajah hingga menyerupai gambar tertentu. Puisi seperti ini tidak
sepenuhnya menggunakan bahasa sebagai media. Di dalam puisi konkret pada
umumnya terdapat lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda dan/atau
gambar-gambar sebagai ungkapan ekspresi penyairnya.
Penyusunan
puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional ternyata juga perlu memerhatikan
beberapa unsur sebagai berikut:
·
Unsur
bunyi; meliputi penempatan persamaan bunyi (rima) pada tempat-tempat tertentu
untuk menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi atau
pengulangan-pengulangannya.
·
Tipografi;
meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau suku kata yang disusun
sesuai dengan gambar (pola) tertentu.
·
Enjambemen;
meliputi pemenggalan atau perpindahan baris puisi untuk menuju baris
berikutnya.
·
Kelakar
(parodi); meliputi penambahan unsur hiburan ringan sebagai pelengkap penyajian
puisi yang pekat dan penuh perenungan (kontemplatif)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pernyataan
di atas dapat disimpulkan bahwa kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari
poesis yang artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi
ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter
(dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang
berarti membuat atau mencipta.
Membaca
puisi bukan sekedar menyampaikan arus pemikiran penyair, tapi kita juga harus
menghadirkan jiwa sang penyair. Kita harus menyelami dan memahami proses
kreatif sang penyair, bagaimana ia dapat melahirkan karya puisi.
Puisi memiliki
struktur, yaitu struktur fisik dan struktur batin. Sedangkan menurut jenisnya puisi
terbagi dari tiga bagian antara lain : puisi lama, puisi baru dan puisi
kontemporer.
3.2 Saran
Hal- hal yang
perlu diperhatikan dalam membaca puisi sebagai berikut:
·
Ketepatan
ekspresi/mimik
·
Ekpresi
adalah pernyataan perasaan hasil penjiwaan puisi. Mimik adalah gerak air muka.
·
Kinesik
yaitu gerak anggota tubuh.
·
Kejelasan
artikulasi
·
Artikulasi
yaitu ketepatan dalam melafalkan kata- kata.
·
Timbre
yaitu warna bunyi suara (bawaan) yang dimilikinya.
·
Dinamik
artinya keras lembut, tinggi rendahnya suara.
·
Intonasi
atau lagu suara
DAFTAR PUSTAKA
Syafriyadi.
2012. Makalah Bahasa Indonesia Tentang Puisi, [Online]. Tersedia: http://syafriadi-argamakmur.blogspot.com.
[16 Februari 2015 12:31]
Admin. 2014. Puisi,
[Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org.
[16 Februari 2015 12:34]
Samono, Sapri.
2013. Contoh Makalah Bahasa Indonesia Puisi, [Online]. Tersedia: http://ajunsapri.blogspot.com. [16
Februari 2015 12:31]