BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Proses pendidikan selalu bergerak secara dinamis dan berkembang
dari masa kemasa yang sesuai dengan perkembangan yang terjadi di lingkungan
pada umumnya, salah satu ciri perkembangan adalah dengan adanya perubahan dalam
berbagai komponen sistem pendidikan seperti kurikulum, strategi belajar mengajar,
alat bantu belajar, sumber bahan ajar dan sebagainya. Pendidikan adalah
tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Sekolah
hanyalah pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga, sebab pendidikan yang
pertama dan utama diperoleh anak adalah dalam keluarga.
Pendidikan keluarga merupakan bagian dari sistem pendidikan secara
keseluruhan. Keluarga memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan
kepribadian anak, karena sebagian besar kehidupan anak berada di tengah-tengah
keluarganya. Untuk mengoptimalkan kemampuan dan kepribadian anak, orang tua
harus menumbuhkan suasana edukatif di lingkungan keluarganya sedini mungkin.
Suasana edukatif yang dimaksud adalah orang tua yang mampu menciptakan pola
hidup dan tata pergaulan dalam keluarga dengan baik sejak anak dalam kandungan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan prestasi?
2.
Apa
sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar?
3.
Apa
yang dimaksud dengan peran orang tua?
4.
Bagaimanakah
peran orang tua dalam meningkatkan prestasi belajar siswa?
5.
Apa
sajakah masalah yang dihadapi orang tua dalam upaya meningkatkan prestasi
belajar?
6.
Bagaimanakah
pemecahan masalahnya?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
pengertian prestasi.
2.
Mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.
3.
Mengetahui
pengertian peran orang tua.
4.
Mengetahui
peran orang tua dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
5.
Mengetahui
masalah yang dihadapi orang tua dalam upaya meningkatkan prestasi belajar.
6.
Mengetahui
pemecahan masalahnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Prestasi
Istilah prestasi berasal dari bahasa Belanda
yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi
yang berarti hasil usaha. Prestasi adalah hasil yang dicapai.
Prestasi adalah penguasaan pengetahuan/keterampilan yang dikembangkan melalui
mata pelajaran, ditunjukkan dengan nilai tes (KBBI, 2008:895). Prestasi adalah
hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara
individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan tanpa suatu
usaha baik berupa pengetahuan maupun berupa keterampilan (Qohar,2000).
Menurut Muhibbin Syah “Prestasi adalah tingkat
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dalam sebuah program (2010: 141)”. Sumadi Suryabrata
mengemukakan bahwa “Prestasi belajar adalah nilai yang merupakan
perumusan terakhir yang dapat diberikan oleh guru mengenai
kemajuan/prestasi belajar selama masa tertentu (2007:297)”. Pendapat
senada juga diungkapkan oleh James P.
Chaplin (2002: 5) bahwa “Prestasi
belajar merupakan hasil belajar yang telah dicapai atau
hasil keahlian dalam karya akademis yang dinilai oleh
guru/dosen, lewat tes-tes yang dilakukan atau
lewat kombinasi kedua hal tersebut”.
Hal ini misalnya prestasi belajar mahasiswa
selama satu semester yang diukur dengan nilai
beberapa mata kuliah yang harus ditempuh selama satu semester
tersebut, jika mahasiswa bisa mengumpulkan
nilai yang tinggi dalam masing-masing mata kuliah
dan mengumpulkan jumlah yang tinggi atau lebih dari yang lain
berarti mahasiswa tersebut mempunyai prestasi belajar yang
tinggi.
W.S Winkel (2004: 162) mengemukakan
bahwa “Prestasi belajar adalah suatu bukti
keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan
kegiatan belajarnya sesuai bobot yang dicapai”. Sejalan dengan pendapat
tersebut Nana Sudjana (2006: 3) mengemukakan bahwa “Prestasi
belajar merupakan hasil-hasil belajar yang
dicapai oleh siswa dengan kriteria-kriteria
tertentu”. Sementara Nasution
S. (2000: 162) berpendapat
bahwa “Prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai
seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat”. Prestasi
belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi
tiga aspek yakni: kognitif, afektif,
dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi belajar kurang
memuaskan jika seorang belum mampu memenuhi target ketiga kriteria tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan
bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang
dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai
informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar
mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat
keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang
dinyatakan dalam bentuk nilai setelah mengala mi proses belajar.
Prestasi dapat diketahui apabila seseorang telah melalui tahap
evaluasi. Dari hasil evaluasi tersebut dapat memperlihatkan tentang
tinggi rendahnya prestasi yang diperoleh oleh seseorang.
Muhibbin Syah (2010: 149) berpendapat bahwa prestasi
belajar pada dasarnya merupakan hasil
belajar atau hasil penilaian yang menyeluruh,
dengan meliputi:
1.
Prestasi
belajar dalam bentuk kemampuan pengetahuan dan pengertian. Hal
ini juga meliputi: ingatan,
pemahaman, penegasan, sintesis, analisis dan evaluasi.
2.
Prestasi
belajar dalam bentuk keterampilan intelektual dan keterampilan sosial.
3.
Prestasi
belajar dalam bentuk sikap atau nilai.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seorang
pelajar/siswa yang mencakup aspek ranah kognitif, afektif dan
psikomotor yang ditunjukkan dengan nilai yang diberikan dosen setelah
melalui kegiatan belajar selama periode tertentu.
B.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak.
Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri anak dan dapat pula
berasal dari luar diri anak. Salah satu diantara faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar anak adalah faktor orang tua yang dalam banyak
hal menempati peranan yang cukup penting. Hal ini dikarenakan orang tua
merupakan tokoh yang penting di dalam kehidupan seorang anak.
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
seseorang (anak/siswa) yang menurut beberapa pendapat :
·
H.M.
Alisuf Sabri mengatakan bahwa ada berbagai faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar anak yang secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal.
1.
Faktor-faktor
internal
Faktor fisiologis siswa, seperti kondisi kesehatan dan kebugaran
fisik, serta kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan pendengaran.
Faktor psikologis siswa, seperti minat, bakat, intelegensi,
motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi, ingatan,
berpikir dan kemampuan dasar pengetahuan (bahan apersepsi) yang dimiliki siswa.
2.
Faktor-faktor
eksternal
Faktor lingkungan; faktor ini terbagi dua, yaitu pertama faktor
lingkungan alam atau non sosial seperti keadaan suhu, kelembaban udara, waktu
(pagi, siang, malam), letak sekolah, dan sebagainya. Kedua faktor lingkungan
sosial seperti manusia dan budayanya.
Faktor instrumental, antara lain gedung atau sarana fisik kelas,
sarana atau alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum atau materi
pelajaran serta strategi belajar mengajar.
·
Sedangkan
M. Dalyono berpendapat bahwa ada 2 faktor yang menentukan pencapaian hasil
belajar, yaitu :
1.
Faktor
internal
a)
Kesehatan
jasmani dan rohani
Orang yang belajar membutuhkan kondisi badan yang sehat. Orang yang
badannya sakit akibat penyakit-penyakit kelelahan tidak akan dapat belajar
dengan efektif.
b)
Intelegensi
Intelegensi pada umumnya diartikan dengan kecerdasan. Dalam proses
belajar tingkat intelegensi siswa sangat berpengaruh terhadap prestasi siswa.
c)
Bakat
Bakat adalah potensi atau kemampuan. Orang tua kadang-kadang tidak
memperhatikan faktor bakat ini. Sering anak diarahkan sesuai dengan keinginan
orang tuanya, bukan pada bakat anaknya.
d)
Minat
Minat adalah suatu gejala psikis yang berkaitan dengan objek atau
aktivitas yang menstimulus perasaan senang pada individu.
e)
Motivasi
Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan, motif , dan tujuan,
sangat mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar.
f)
Cara
belajar
Anak yang tidak setiap hari belajar, tetapi dibiarkan dulu menunggu
saat hampir ulangan baru belajar, sehingga bahan-bahan pelajaran akan tertimbun
sampai saat ulangan, tentu nilainya akan berbeda dengan anak yang dibiasakan
belajar sedikit demi sedikit setiap hari secara teratur, meskipun hanya
sebentar.
2.
Faktor
eksternal
Menurut pendapat M. Dalyono, faktor eksternal yang mempengaruhi
prestasi belajar anak adalah keluarga. Faktor ini mencakup ; cara mendidik
anak, hubungan orang tua dan anak, sikap orang tua, ekonomi keluarga dan
suasana dalam keluarga.
C.
Pengertian Perang Orang Tua
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu,
dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk
sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan
membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak
untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat.
Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari
pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga besar yang
sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak-anak.Menurut Arifin (dalam Suhendi, Wahyu, 2000:41) keluarga diartikan
sebagai suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang dihubungkan
dengan pertalian darah,perkawinan atau adopsi (hukum) yang memiliki tempat
tinggal bersama.Selanjutnya, Abu Ahmadi (dalam Suhendi, Wahyu, 2000: 44 -52),
mengenai fungsi keluarga adalah sebagai suatu pekerjaan atau tugas yang harus
dilakukan di dalam atau diluar keluarga.
D.
Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Prestasi Belajar
Lingkungan keluarga merupakan media pertama dan utama yang secara
langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap perilaku dalam perkembangan
anak didik, termasuk didalamnya prestasi belajar anak didik. Pendidikan keluarga
adalah fundamen atau dasar dari pendidikan anak selanjutnya. Hasil-hasil
pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan anak itu
selanjutnya, baik di sekolah maupun di masyarakat.
C. G. Salzmann (1744-1811), seorang penganut aliran philantropium, yang telah mengkritik dan mengecam pendidikan yang telah dilakukan oleh para orang tua waktu itu. Dalam karangannya, Kresbuchlein (buku Udang Karang) mengatakan, bahwa segala kesalahan anak-anak itu adalah akibat dari perbuatan pendidik-pendidiknya, terutama orang tua. Orang tua pada masa Salzmann dipandangnya sebagai penindas yang menyiksa anaknya dengan pukulan yang merugikan kesehatannya, dan menyakiti perasaan-perasaan kehormatannya.
C. G. Salzmann (1744-1811), seorang penganut aliran philantropium, yang telah mengkritik dan mengecam pendidikan yang telah dilakukan oleh para orang tua waktu itu. Dalam karangannya, Kresbuchlein (buku Udang Karang) mengatakan, bahwa segala kesalahan anak-anak itu adalah akibat dari perbuatan pendidik-pendidiknya, terutama orang tua. Orang tua pada masa Salzmann dipandangnya sebagai penindas yang menyiksa anaknya dengan pukulan yang merugikan kesehatannya, dan menyakiti perasaan-perasaan kehormatannya.
E.
Masalah yang Dihadapi Orang Tua Dalam Upaya Meningkatkan Prestasi
Belajar
Ada keluarga yang hubungan anak dan orang tua dekat sekali sehingga
anak tidak mau lepas dari orang tuanya. Bahkan ke sekolah pun susah. Ia takut
terjadi sesuatu dengan orang tuanya. Pada anak-anak yang berasal dari hubungan
keluarga demikian kadang-kadang mengakibatkan anak menjadi tergantung.
1.
Sikap
orang tua
Hal ini tidak dapat dihindari, karena secara tidak langsung anak
adalah gambaran dari orang tuanya. Jadi sikap orang tua menjadi contoh bagi
anak.
2.
Ekonomi
keluarga
Faktor ekonomi sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan rumah
tangga. Keharmonisan hubungan antara orang tua dan anak kadang-kadang tidak
dapat terlepas dari faktor ekonomi. Begitu pula faktor keberhasilan
seseorang.
Pada keluarga yang ekonominya kurang mungkin dapat menyebabkan anak
kekurangan gizi, kebutuhan-kebutuhan anak mungkin tidak dapat terpenuhi. Selain
itu ekonomi yang kurang menyebabkan suasana rumah menjadi muram dan gairah
untuk belajar tidak ada.
Tetapi hal ini tidak mutlak demikian. Kadang-kadang kesulitan
ekonomi bisa menjadi pendorong anak untuk lebih berhasil, sebaliknya bukan
berarti pula ekonomi yang berlebihan tidak akan menyebabkan kesulitan belajar.
Pada ekonomi yang berlebihan anak mungkin akan selalu dipenuhi semua
kebutuhannya, sehingga perhatian anak terhadap pelajaran-pelajaran sekolah akan
berkurang karena anak terlalu banyak bersenang-senang, misalnya dengan
permainan yang beraneka ragam atau pergi ke tempat-tempat hiburan dan lain-lain.
3.
Suasana
dalam keluarga
Suasana rumah juga berpengaruh dalam membantu belajar anak. Apabila
suasana rumah itu selalu gaduh, tegang, sering ribut dan bertengkar, akibatnya
anak tidak dapat belajar dengan baik, karena belajar membutuhkan ketenangan dan
konsentrasi.
F.
Pemecahan Masalah
Orang tua memegang peranan yang amat penting untuk meningkatkan
perkembangan dan prestasi anak. Tanpa dorongan dan motivasi orangtua, maka
perkembangan prestasi belajar sang anak akan mengalami hambatan dan menurun.
Pada umumnya ada diantara para orang tua yang kurang memahami betapa pentingnya
peranan mereka dalam hal ini. Bila semakin sedikit perhatian orangtua terhadap
prestasi belajar anak-anaknya maka semakin rendah pula prestasi yang akan
dicapai sang anak dalam sekolahnya.
Tidak sedikit orangtua yang kurang memberikan dorongan atau
perhatian terhadap prestasi belajar anaknya. Mungkin hal ini terjadi karena
orangtua terlalu sibuk dengan segala urusan pekerjaan di kantor ataupun
bisnisnya.
Ada banyak peranan orang tua yang dapat dikembangkan dalam upaya
menopang prestasi belajar anaknya, antara lain:
1.
Menyediakan
fasilitas belajar yang memadai
Fasilitas belajar dapat berupa meja belajar, tempat/kamar belajar,
lampu belajar dan suasana belajar yang nyaman. Jika orang tua menginginkan
anaknya betah belajar dan nyaman dalam belajar, maka fasilitas belajar yang
nyaman harus disediakan. Bagaimana mungkin anak akan betah belajar jika ketika
ia belajar suara keluarga lainnya tertawa gembira menonton acara televisi, meja
belajar tidak ada serta lampu belajarpun menyakitkan/menyilaukan mata.
2.
Membelikan
buku dan alat-alat tulis
Buku merupakan salah satu sumber belajar, dan masih banyak lagi
sumber belajar selain buku. Semakin banyak sumber belajar yang dapat diakses
oleh anak, semakin baik bagi anak untuk memperkaya pengetahuan anak. Kelemahan
anak-anak didik kita saat ini adalah hanya mengandalkan guru sebagai
satu-satunya sumber belajar. Padahal masih banyak lagi sumber belajar lain
seperti perpustakaan, majalah, koran, buku penunjang diluar buku sekolah,
bahkan internet.
3.
Memberitahu
bagaimana mengatur jadwal kegiatan belajar
Belajar di rumah merupakan kebiasaan yang perlu ditanamkan pada
anak. Orang tua dapat membantu anak membuat jadwal belajar secara teratur dan
terencana. Setelah jadwal tersusun, orangtua harus mengawasi dan mendampingi
anaknya belajar serta menciptakan kondisi belajar yang nyaman dan menyenangkan.
Orang tua harus mengatur waktu anak untuk menonton televisi atau acara lainnya.
Jangan biasakan anak belajar sambil menonton televisi, jika orang tua
menginginkan prestasi belajar yang gemilang.
4.
Menandatangani
buku PR
Sebagai wujud perhatian yang tepat, orang tua harus menandatangai
buku PR anaknya. Dengan demikian, orangtua dapat mengetahui tingkat
perkembangan kemampuan akademik anaknya dan perkembangan kemajuan belajar
anaknya, sehingga dapat menentukan langkah-langkah tindakan yang tepat untuk
kemajuan prestasi belajar anaknya.
5.
Memberitahu
langkah-langkah yang harus dilakukan dalam belajar
Ketika anak menghadapi kesulitan dalam hal belajar, orang tua dapat
membantu memberitahukan langlah-langkah penyelesaiannya, atau berkonsultasi
dengan guru di sekolah untuk mengatasi permasalahan belajar anaknya. Banyak
anak gagal dalam belajar bukan karena kemampuan anak rendah, tetapi kebanyakan
anak tidak mengetahui bagaimana cara belajar yang tepat. Orangtua harus dapat
mengetahui modalitas belajar yang dimiliki oleh anaknya, sehingga orangtua
dapat mengarahkan cara belajar yang tepat untuk anaknya.
6.
Mengecek
apakah anak sudah belajar/mengerjakan tugas-tugasnya
Sebagian besar anak-anak pelajar kita tidak belajar jika tidak ada
PR. Jadi mereka belajar, jika ada PR. PR dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
penguasaan materi peserta didik. Orang tua dapat membimbing anak menyelesaikan
PR jika anak memang butuh bimbingan, atau menghadirkan guru privat untuk
mendampingi serta membimbing anak ketika belajar di rumah jika memang
diperlukan oleh anak.
7.
Menanyakan
nilai/hasil belajar anak
Untuk mengetahui tingkat kemajuan belajar anaknya, orangtua harus
sering menanyakan nilai hasil ulangan harian maupun nilai hasil pekerjaan rumah
anaknya. Jika hasilnya baik, orangtua perlu memberi penguatan terhadap
keberhasilan anaknya. Penguatan dapat berupa pujian, pengakuan atau hadiah
sebagai penghargaan terhadap kesuksesan anaknya dalam belajar.
8.
Menanyakan
kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak
Tidak semua anak dapat mengatasi kesulitannya sendiri. Sebaiknya
orang tua mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi si anak. Jika
kesulitan anak tidak dapat diatasi sendiri oleh orangtua, sebaiknya orang tua
mencari penyelesaian dengan bantuan oranglain. Misalnya anak mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan soal-soal pekerjaan rumah matematika karena tingkat
penguasaan materi anak yang lemah. Orangtua dapat mencari pendamping belajar
anak agar anak tidak tertinggal dalam mata pelajaran tersebut.
9.
Menjelaskan
mengapa anak perlu belajar dan sekolah dengan rajin
Menjelaskan dan menanamkan pentingnya belajar terhadap anak adalah
sangat penting. Dengan memberi contoh pada kehidupan nyata akibat orang yang
tidak mau belajar dapat memotivasi anak untuk giat belajar. Namun penjelasan
saja tidak cukup jika orangtua tidak memfasilitasi kebutuhan belajar. Jadi agar
anak mau belajar, sediakanlah sarana dan prasarana belajar agar anak memperoleh
kemudahan untuk belajar.
10.
Memberitahukan
hal-hal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak di sekolah dan
rumah dalam belajar
Belajar tentunya mempunyai tujuan. Untuk mencapai tujuan belajar,
orangtua harus berupaya menyingkirkan segala rintangan yang dapat menghalangi
tercapainya tujuan belajar anaknya dengan memberitahukan hal-hal yang dapat
menopang keberhasilan belajar anaknya serta hal-hal yang dapat menghambat
keberhasilan belajar anaknya. Dengan demikian anak dapat memilih
tindakan/kegiatan yang tepat dan benar. Selanjutnya orangtua mengawasi secara
tepat kegiatan anaknya.
11.
Menegur
bila anak lalai tugas/tanggung jawab
Bila anak lalai dalam mengerjakan tugasnya orangtua harus berani
menegur. Namun teguran yang mengandung nilai pendidikan, bukan cercaan, makian
dan hujatan. Hal ini perlu, untuk mengontrol anak tetap berada di jalur yang
benar.
12.
Memberi
contoh teladan
Keteladan merupan hal terpenting dalam kehidupan anak. Kadangkala
anak tidak menemukan kesesuaian apa yang ia peroleh dalam pembelajaran dengan
sikap perilaku orangtuanya. Semakin banyak ketidaksesuaian yang ia peroleh akan
membuat anak berantipati dengan orangtuanya.
Dalam hal belajar, ketika orangtua menyuruh anaknya untuk belajar,
sebaiknya orangtua juga mengambil buku atau bacaan lain untuk membaca dan
belajar bersama anaknya. Bukan nonton televisi atau putar CD sehingga anaknya
merasa cemburu, dan sebagainya. Jadi berilah keteladanan pada anak, karena pada
dasarnya anak adalah imitasi dari orangtuanya. Keteladanan merupakan metode
pendidikan terbaik.
Dalam proses belajar mengajar tersebut disekolah, guru memegang
peran yang penting dalam upaya mendidik, mengajar, melatih, membimbing serta
mengarahkan anak/peserta didik. Namun Ketika anak berada di rumah peran
orang tua sangatlah penting dalam berupaya membantu meningkatkan prestasi
belajar anaknya. Jadi, prestasi belajar seorang anak bukanlah semata
tanggungjawab seorang guru. Orangtua juga punya konstribusi besar dalam
menopang prestasi belajar anaknya. Karena sumber belajar bukan hanya guru. Guru
adalah salah satu sumber belajar diantara sekian banyak sumber belajar.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat dijelaskan
bahwa prestasi belajar
merupakan tingkat kemanusiaan
yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai
informasi-informasi yang diperoleh
dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan
sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran
yang dinyatakan dalam bentuk nilai setelah mengala mi proses belajar. Prestasi dapat diketahui apabila
seseorang telah melalui tahap
evaluasi. Dari hasil evaluasi tersebut dapat memperlihatkan tentang tinggi rendahnya prestasi yang diperoleh oleh seseorang.
M. Dalyono berpendapat bahwa ada 2 faktor yang menentukan
pencapaian hasil belajar, yaitu :
·
Faktor
internal : Kesehatan jasmani dan rohani, Intelegensi, Bakat, Minat, Motivasi,
dan Cara belajar.
·
Faktor
eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar anak adalah keluarga. Faktor ini
mencakup ; cara mendidik anak, hubungan orang tua dan anak, sikap orang tua,
ekonomi keluarga dan suasana dalam keluarga.
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu,
dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk
sebuah keluarga. Masalah yang dihadapi orang tua dalam upaya meningkatkan
prestasi belajar: Sikap orang tua, Ekonomi keluarga, dan Suasana dalam keluarga.
Ada banyak peranan orang tua yang dapat dikembangkan dalam upaya
menopang prestasi belajar anaknya, antara lain: Menyediakan fasilitas belajar
yang memadai; Membelikan buku dan alat-alat tulis; Memberitahu bagaimana
mengatur jadwal kegiatan belajar; Menandatangani buku PR; Memberitahu
langkah-langkah yang harus dilakukan dalam belajar; Mengecek apakah anak sudah
belajar/mengerjakan tugas-tugasnya; Menanyakan nilai/hasil belajar anak; Menanyakan
kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak; Menjelaskan mengapa anak perlu belajar
dan sekolah dengan rajin; Memberitahukan hal-hal apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan anak di sekolah dan rumah dalam belajar; Menegur bila anak lalai
tugas/tanggung jawab; Memberi contoh teladan.
B.
Saran
Untuk meeningkatan prestasi belajar anak dalam menempuh pendidikan, maka
saran yang penulis berikan kepada para orang tua antara lain :
1.
Meningkatkan
ketertarikan siswa terhadap pendidikan dengan memberikan nuansa belajar yang
nyaman, menarik dan menyenangkan.
2.
Pengembangan kemampuan
tenaga kependidikan melalui studi lanjut, latihan, penataran, seminar,
kegiatan-kegiatan kelompok studi seperti PKG dan lain-lain.
3.
Meningkatkan peran
serta orang tua semaksimal mungkin untuk dapat membimbing dan mengarahkan akan
untuk lebih berprestasi dalam pendidikan mereka.
4.
Memberikan pengertian
kepada semua orang tua bahwa masa depan anak ada di tangan mereka, dan
pengorbanan yang tulus hendaknya mereka berikan untuk kemajuan anak-anak mereka
kelak.
Selain itu, orang tua hendaknya selalu aktif memberikan motivasi berupa
perhatian dan dorongan belajar pada anak baik dirumah maupun di sekolah,
memberikan bimbingan dan teguran serta pemberian fasilitas belajar dan
terpenuhinya kebutuhan belajar yang memadai. Bagi pihak sekolah perlu adanya
peningkatan hubungan kerjasama yang lebih baik antara pihak sekolah dengan
orang tua, sehingga lebih mudah mengikuti perkembangan kemajuan belajar
siswanya.
DAFTAR PUSTAKA
Ardi. 2012. Pengertian Prestasi, [online]. Tersedia:
http://hitamandbiru.blogspot.com. [02 Februari 2015]
Wardany, Aien. 2010 Pengaruh Pendidikan Keluarga Terhadap Prestasi
Belajar Siswa, [Online]. Tersedia: http://lib.uin-malang.ac.id. [01 Februari
2015]
Permana, Dody. 2010. Peran dan Fungsi Orang Tua Dalam Keluarga
Terhadap Anak, [Online]. Tersedia: http://dodypp.blogspot.com. [02 Februari
2015]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar