BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Ilmu
pengetahuan dan teknologi pada saat ini berkembang dengan sangat
pesat. Seiring dengan hal tersebut, system pendidikan mengalami
perkembangan dan pembaharuan. Untuk memperlancar tujuan yang akan dicapai dalam
pendidikan dan untuk mendukung proses belajar mengajar diperlukan sarana dan
prasarana yang memedai. Salah satunya adalah perlu dikembangkannya pendidikan
dalam Seni dan Budaya. Hal ini dikarenakan Seni dan Budaya merupakan perluasan
dan pendalaman dalam bidang seni di Indonesia. Seni menjadi sumber gagasan
masyarakat untuk menghasilkan karya Seni dan Budaya yang beragam. Seni
berkembang seiring dengan kemajuan zaman yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk memajukan karya seni di Indonesia. Maka untuk mencapai tujuan
tersebut, pemakalah akan membahas tentang seni yang berkembang mengikuti zaman
atau yang lebih dikenal sebagai Seni Rupa Kontemporer.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa yang dimaksud dengan
seni rupa kontemporer?
2.
Bagaimana ciri-ciri seni
rupa kontemporer?
3.
Bagaimana aliran-aliran
seni rupa kontemporer?
4.
Bagaimana apresiasi karya
seni rupa kontemporer di Indonesia?
C.
Tujuan Penulisan
Sejalan dengan
rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.
Untuk mengetahui maksud
dari seni rupa kontemporer.
2.
Untuk mengetahui ciri-ciri
seni rupa kontemporer.
3.
Untuk mengetahui
aliran-aliran seni rupa kontemporer.
4.
Untuk mengetahui apresiasi
karya seni rupa kontemporer di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertain Seni
Kontemporer
Seni
Kontemporer adalah salah satu cabang seni yang terpengaruh dampak
modernisasi. Kontemporer itu artinya kekinian, modern atau lebih tepatnya
adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini; jadi
seni kontemporer adalah seni yang tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu
dan berkembang sesuai zaman sekarang. Lukisan kontemporer adalah karya yang
secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui. Misalnya
lukisan yang tidak lagi terikat pada Rennaissance. Begitu pula dengan
tarian, lebih kreatif dan modern.
Kata “Kontemporer” yang
berasal dari kata “co” (bersama) dan “tempo” (waktu). Sehingga
menegaskan bahwa seni kontemporer adalah karya yang secara tematik
merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui. Atau pendapat yang mengatakan
bahwa “seni rupa kontemporer adalah seni yang melawan tradisi modernisme
Barat”. Ini sebagai pengembangan dari wacana Pascamodern (postmodern art)
dan pascakolonialis-me yang berusaha membangkitkan wacana pemunculan Indegenous
Art (seni pribumi). Atau khasanah seni lokal yang menjadi tempat
tinggal para seniman.
Menurut Yasraf
Amir Piliang pengertian seni kontemporer adalah seni yang dibuat masa kini,
jadi berkaitan dengan waktu. Sedangkan seni postmodern adalah seni yang
mengumpulkan idiom-idiom baru. Lebih jelasnya dikatakan bahwa tidak semua seni
masa kini (kontemporer) itu bisa dikategorikan sebagai seni posmodern, seni
posmodern sendiri di satu sisi memberi pengertian, memungut masa lalu tetapi di
sisi lain juga melompat ke depan (bersifat futuris). Seni rupa kontemporer
menentang modernisme Barat.
Seni
Kontemporer adalah perkembangan seni yang terpengaruh dampak moderenisasi dan
digunakan sebagai istilah umum sejak istilah Contemporary Art berkembang
di Barat sebagai produk seni yang dibuat sejak Perang Dunia II. Istilah ini
berkembang di Indinesia seiring beragamnya teknik dan medium yang digunakan
untuk memproduksi suatu karya seni, juga karena telah terjadi suatu percampuran
antar praktek suatu disiplin yang berbeda, pilihan artistic, dan pilihan
presentasi karya yang tidak terikat batas-batas ruang dan waktu.
B.
Ciri-ciri Seni Rupa
Kontemporer
Ciri-ciri seni
kontemporer antara lain sebagai berikut:
1.
Tiadanya sekat antara
berbagai disiplin seni, alias meleburnya batas-batas antara seni lukis, patung,
grafik, kriya, teater, musik, anarkis, omong kosong, hingga aksi politik.
2.
Konsep penciptaannya tetap
berbasis pada sebuah filosofi, tetapi jangkauan penjabaran visualisasinya tidak
terbatas.
3.
Tidak terikat pada
pakem-pakem tertentu dan aturan-aturan zaman dahulu, tetapi berkembang sesuai
zaman.
4.
Mempunyai gairah dan
nafsu moralistic yang brerkaitan dengan matra sosial dan politik
sebagai tesis.
5.
Seni yang cenderung
diminati media massa untuk dijadikan komoditas pewacanaan sebagai aktualitas
berita yangfashionable.
6.
Mengutamakan jenis seni
media baru seperti instalasi, performance, fotografi, video, seni serat dan
menerima seni kriya dan seni popular.
7.
Isu-isu yang
diwacanakan seni rupa kontemporer misalnya : jender, HAM, multikultural,
budaya etnik, lingkungan hidup, buruh migran, diaspora, dan lain-lain
Tafsiran lain
mengenai ciri praktek seni kontemporer di Indonesia yaitu sebagai berikut:
1.
Dihilangkannya sekat antara
berbagai kecenderungan artistik yang ditandai dengan meleburnya batas-batas
antar seni visual, teater, tari dan musik.
2.
Intervensi disiplin ilmu
sains dan social, terutama yang dicetuskan sebagai pengetahuan popular atau
memanfaatkan teknologimutakhir.
Istilah ini
dianggap bisa menyartai sebutan seni visual, music, tari dan teater. Meskipun
di Barat, istilah Contemporary Art biasa digunakan untuk menyebut
praktek seni visual yang sesuai dengan kebutuhan kegiatan Museum maupun lembaga
pencetus nilai seperti Galeri Seni dan Balai Lelang.
C.
Aliran-Aliran Seni
Rupa Kontemporer
Berikut ini
adalah beberapa aliran dalam seni rupa kontemporer yaitu:
1.
Aliran Neo-Klasik
Pecahnya
revolusi Prancis pada tahun 1789,merupakan titik akhir dari dari kekuasaan
feodalisme di Prancis yang pengaruhnya terasa juga ke bagian-bagian dunia
lainnya. Revolusi ini tidak hanya perubahan tata politik dan tata social,
tetapi juga menyangkut kehidupan seni. Para seniman menjadi bebas dalam
memperturutkan panggilan hati masing-masing, di mana mereka berkarya bukan
karena adanya pesanan, melainkan semata-mata ingin melukis saja.
Maka dengan
demikian mulailah riwayat seni lukis modern dalam sejarah yang ditandai dengan
individualisasi dan isolasi diri. Jacques Louis David adalah pelukis pertama
dalam seni rupa modern. Pada tahun 1784, David melakukan ’’sumpah Horatii”.
Lukisan ini menggambarkan Horatius, bapak yang berdiri di tengah ruangan sedang
mengangkat sumpah tiga anak laki-lakinya yang bergerombol di kiri, sementara
anak perempuannya menangis di sebelah kanan. Lukisan ini tidak digunakan untuk
kenikmatan, melainkan untuk mendidik, menanamkan kesadaran anggota masyarakat
atas tanggung jawabnya terhadap negara.
J.L. David
merupakan pelopor aliran Neo-klasik, dimana lukisan neo-klasik bersifat
rasional, objektif, penuh dengan disiplin dan beraturan serta bersifat klasik.
2.
Aliran Romantisme
Aliran
romantisme merupakan pemberontakan terhadap aliran neo-klasik, dimana Jean
Jacques Rousseau mengajak kembali pada alam, sebagai manusia yang tidak hanya
memiliki pikiran tetapi juga memiliki perasaan dan emosi. Lukisan-lukisan
romantic cenderung menampilkan
a)
Hal yang berhubungan dengan
perasaan seseorang (sangat ditentang dalam aliran Neo-klasik).
b)
Eksotik, kerinduan pada
masa lalu.
c)
Digunakan untuk menggugah
perasaan dari penontonnya.
d)
Kecantikan dan ketampanan
selalu dilukiskan.
3.
Aliran Realisme
Realisme
merupakan aliran yang memandang dunia tanpa ilusi, mereka menggunakan
penghayatan untuk menemukan dunia. Salah seorang tokoh realism yang bernama
Courbet dari Perancis mengatakan, ”tunjukanlah kepadaku malikat, maka aku akan
melukisnya”, artinya dia tidak akan melukis sesuatu yang tidak ditunjukan
kepadanya. Aliran realism selalu melukiskan apa saja yang dijumpainya tanpa
pandang bulu dan tanpa adanidealisasi, distorsi atau pengolahan-pengolahan
lainnya. Gustave Courbet (1819-1877) memandang bahwa lukisan itu pada dasarnya
seni yang kongkrit. Lukisan-lukisan Courbet selalu menampilkan kenyataan hidup
yang pahit.
4.
Aliran Naturalisme
Aliran
naturalism adalah aliran yang mencintai dan memuja alam dengan segenap isinya.
Penganut aliran ini berusaha untuk melukiskan keadaan alam, khusunya dari aspek
yang menarik, sehingga lukisan naturalism selalu bertemakan keindahan alam dan
isinya. Monet meruapakan salah satu tokoh pelukis naturalism, tetapi terkadang
lukisannya mendekati realisme. Meskipun lukisan monet medekati realism, tetapi
sangat berbeda dengan lukisan Gustave Courbet sebagai tokoh realisme.
Realisme
Courbet bersifat sosialistik dengan moralitas cukup tinggi, sedangkan realism
Monet adalah ”seni untuk kepentingan seni, bukan untuk apapun”. Para pelukis
naturalism sering dijuluki sebagai pelukis pemandangan.
5.
Aliran Impresionisme
Apabila ada
orang yang mendengar istilah impresionisme, maka asosia mereka bias any tertuju
pada lukisan-lukisan yang impresif, yaitu lukisan yang agak kabur dan tidak
mendetail. Claud Monet bukan tokoh impresionisme, tetapi aliran impresionisme
banyak di ilhami oleh penemuan-penemuan Claud Monet dalam lukisannya.
Seorang tokoh
impresionisme dari Perancis bernama Piere Auguste Renoir (1841-1919) sangat
gemar melukis wanita, baik dalam kondisi berpakaian maupun tanpa busana.
Lukisan impresionisme sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, karena
melukis dilakukan di luar studio. Lukisan impresionisme baiasanya tidak mempunyai
kontur yang jelas dan Nampak
6.
Aliran Ekspresionesme
Pada tahun
1990-an, para pelukis mulai tidak puas dengan karya yang menonjolkan
bentuk-bentuk objek. Mereka mulai menggali hal-hal yang berhubungan dengan
batin, sehingga munculah aliran ekspresionisme. Vincent Van Gogh (1850) adalah
tokoh yang menjadi tonggak kemunculan aliran ekspresionism dan tokoh lain yang
mengikuti adalah Paul Cezanne, Paul Gauguin, Emil Nolde dan di Indonesia yaitu
Affandi. Ekspresionisme merupakan aliran yang melukiskan aktualitas yang
sudah didistrosikan kearah suasana kesedihan, kekerasan, ataupun tekanan batin.
7.
Aliran Fauvisme
Aliran fauvism
berasal dari bahasa Perancis ‘Les Fauves’, yang artinya binatang liar. Aliran
fauvisme sangat mengagumkan kebebasan berekspresi, sehingga banyak objek
lukisan yang dibuat kontras dengan aslinya seprti pohon berwarna orange atau
jingga dan lainnya. Lukisan fauvis betul-betul membebaskan diri dari
batasan-batasan aliran sebelumnya.
Pelukis
Fauvesme cenderung melukis apa yang mereka sukai tanpa memikirkan isi dan arti
dari sebuah lukisan yang dibuat. Maurice De Vlaminck, merupakan tokoh fauvisme
yang banyak terinspirasi oleh goresan warna Vincent Van Gogh, sampai-sampai ia
berkata, ”saya lebih mencintai Van Gogh dari pada ayah saya”.
8.
Aliran Kubisme
Aliran kubisme
dilatar belakangi oleh konsep Paul Cezanne yang mengatakan bahwa bentuk dasar
dari segala bentuk adalah silinder, bola, dan semua bentuk yang ada di dalam
dipengaruhi oleh perspektif, sehingga bidang tertuju pada satu titik tengah.
Karya Picasso menjadi inspirasi kemunculan karya-karya kubisme, karena motif
geometris digunakan oleh Picasso.
9.
Aliran Abstraksionisme
Aliran
abstraksionisme adalah aliran yang berusaha melepeskan diri dari
sensasi-sensasi atau asosiasi figurative suatu objek. Aliran abstaksionis
dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut :
a)
Abstrak kubistis yaitu
abstrak dalam bentuk geometric murni seperti lingkaran kubus dan segi tiga.
Tokoh aliran ini berasal dari Rusia yaitu Malivich (1913).
b)
Abstrak nonfigurative yaitu
abstrak dalam arti seni lukis haruslah murni sebagai ungkapan perasaan, dimana
garis mewakili garis, warna mewakili warna dan swebagainya. Bentuk alami
ditnggalkan sama sekali. Tokohnya adalah Wassily Kindinsky dan Naum Goba.
10. Aliran Futurisme
Aliran
futurisme muncul di Itali pada tahun 1909, sebagai reaksi terhadap aliran
kubisme yang dianggap dinamis penuh gerak, karena itu tema cenderung
menggambarkan kesibukan-kesibukan seperti pesta arak-arakan, perang dan
lain-lain. Tokoh ajaran ini adalah Marineti.
11. Aliran Dadaisme
Aliran
dadaisme merupakan pemberontak konsep dari konsep sebelumnya. Aliran ini
mempunyai sikap memerdekakan diri dari hukum-hukum yang berlaku. Ciri aliran
ini sinis, dan nihil dan berusaha melenyapkan ilusi. Aliran ini dilator
belakangi prang dunia pertama yang tak kunjung berhenti.
12. Aliran Surealisme
Aliran
surealisme banyak dipengaruhi oleh teori analisis psikologis Sigmund Freud
mengenai ketidak sadaran dalam anatonisme dan impian. Surealisme sering tampil
tidak logis dan penuh fantasi, seakan-akan melukis dalam mimpi.
D.
Apresiasi Karya
Seni Kontemporer Indonesia
Karya seni rupa
kontemporer Indonesia memiliki beragam bentuk, jenis dan corak, antara lain
berupa karya seni rupa dua dimensi yaitu seni lukis, grafik, batik dan
lain-lain. Adapun tiga dimensi yaitu seni patung, keramik, seni instalasi, dan
lain-lain. Dengan kreativitas masing-masing, para seniman Indonesia mampu
menciptakan suatu karya seni rupa sebagai perwujudan ekspresi jiwanya.
Kreativitas
para seniman Indonesia telah meramaikan perkembangan seni rupa di Indonesia.
Munculnya berbagai karya seni rupa menyebabkan terjadinya komunikasi apresiasi
untuk memahami makna yang tersirat di baik karya-karya para seniman Indonesia
tersebut. Apresiasi adalah penghargaan atau penilaian. Apresiasi seni rupa
adalah kegiatan dalam menilai atau memberi penghargaan terhadap karya-karya
seni rupa. Apresiasi terhadap karya-karya seni rupa dapat ditunjukkan dengan
sikap empati berupa ungkapan kata-kata atau tanggapan secara lisan/tertulis.
Beberapa seniman mengkomunikasikan pesa-pesan melalui hasil karyanya dengan
cara vulgar dan mudah dipahami, akan tetapi adapula yang mengkomunikasikan
karyanya melalui simbol-simbol yang mengandung makna tertentu.
Kegiatan
apresiasi dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1.
Apresiasi simpatik adalah
merasakan tingkat keindahan suatu karya berdasarkan pengamatan (kasat mata),
seperti suka atau tidak suka.
2.
Apresiasi empatik/estetik
adalah merasakan secara mendalam nilai estetik yang tersirat dalam suatu karya,
seperti ada perasaan kagum atau terharu.
3.
Apresiasi kritis adalah
apresiasi yang disertai analisis terhadap suatu karya dengan mempertimbangkan
gagasan, teknik, unsur-unsur rupa, dan kaidah-kaidah komposisi seni rupa.
Pendekatan/metode
dalam melakukan apresiasi karya seni rupa yaitu:
1.
Deskriptif (paparan
secara obyektif)
2.
Analitis (paparan
berdasarkan kaidah-kaidah estetika)
3.
Interpretatif (paparan
berdasarkan sudut pandang pengamat)
4.
Penilaian (paparan dengan
pengukuran nilai)
5.
Interdisiplin (berbagai
disiplin keilmuan)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan
di atas dapat disimpulkan bahwa Seni Kontemporer adalah salah satu cabang
seni yang terpengaruh dampak modernisasi. Kontemporer itu artinya kekinian,
modern atau lebih tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang
sama atau saat ini, jadi seni kontemporer adalah seni yang tidak terikat oleh
aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman sekarang. Menurut Yasraf
Amir Piliang pengertian seni kontemporer adalah seni yang dibuat masa kini,
jadi berkaitan dengan waktu.
Ciri-ciri seni
kontemporer antara lain sebagai berikut:
1.
Tiadanya sekat antara
berbagai disiplin seni, alias meleburnya batas-batas antara seni lukis, patung,
grafik, kriya, teater, musik, anarkis, omong kosong, hingga aksi politik.
2.
Konsep penciptaannya tetap
berbasis pada sebuah filosofi, tetapi jangkauan penjabaran visualisasinya tidak
terbatas.
3.
Tidak terikat pada
pakem-pakem tertentu dan aturan-aturan zaman dahulu, tetapi berkembang s zaman.
4.
Mempunyai gairah dan nafsu moralistic yang
brerkaitan dengan matra sosial dan politik sebagai tesis.
5.
Seni yang cenderung
diminati media massa untuk dijadikan komoditas pewacanaan sebagai aktualitas
berita yangfashionable.
6.
Mengutamakan jenis seni
media baru seperti instalasi, performance, fotografi, video, seni serat dan
menerima seni kriya dan seni popular.
7.
Isu-isu yang
diwacanakan seni rupa kontemporer misalnya: jender, HAM, multikultural,
budaya etnik, lingkungan hidup, buruh migran, diaspora, dan lain-lain
Aliran-aliran
seni kontemporer meliputi: Aliran Neo-Klasik, Aliran Romantisme, Aliran
Realisme, Aliran Naturalisme, Aliran Impresionisme, Aliran Ekspresioniosme,
Aliran Fauvisme, Alifran Kubisme, Alirsan Abstraksionisme, Aliran Futurisme,
Aliran Dadaisme, dan Aliran Surealisme.
Kegiatan
apresiasi dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1.
Apresiasi simpatik adalah
merasakan tingkat keindahan suatu karya berdasarkan pengamatan (kasat mata),
seperti suka atau tidak suka.
2.
Apresiasi empatik/estetik
adalah merasakan secara mendalam nilai estetik yang tersirat dalam suatu karya,
seperti ada perasaan kagum atau terharu.
3.
Apresiasi kritis adalah
apresiasi yang disertai analisis terhadap suatu karya dengan mempertimbangkan
gagasan, teknik, unsur-unsur rupa, dan kaidah-kaidah komposisi seni rupa.
B.
Saran
Adapun
saran-saran dari penyusun adalah sebagai berikut:
1.
Marilah kita mempelajari
seni agar menjadi sumber gagasan masyarakat untuk menghasilkan karya seni dan
budaya yang lebih beragam.
2.
Marilah kita menjadikan
seni kontemporer (seni yang berkembang seiring dengan kemajuan zaman) dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memajukan karya seni di Indonesia .
DAFTAR PUSTAKA
Khadafi, Andi
Muhammad. 2013. Seni Rupa Kontemporer, [Online]. Tersedia: http://mubtadakhabar.blogspot.co.id.
[09 Februari 2016]
Anonim. 2015. Contoh
Makalah Seni Rupa Kontemporer, [Online]. Tersedia: http://maiwaberbagi.blogspot.co.id.
[09 Februari 2016]
Admin. 2015. Seni
Kontemporer, [Online]. Tersedia: https://id.wikipedia.org.
[09 Februari 2016]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar