Sabtu, 18 April 2015

Makalah - Pengaruh Kepribadian Terhadap Prestasi Belajar Sisiwa

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Permasalahan maupun konflik yang sering terjadi antara orang tua dengan anak atau guru dengan siswanya baik secara fisik maupun batin terkadang memunculkan keingintahuan di benak kita mengapa muncul konflik tersebut. Peluang besar tejadinya permasalahan antar individu tersebut adalah ketidakpahaman individu yang satu terhadap individu yang lain. Perbedaan salah atu atau beberapa aspek yang dimiliki individu dapat memicu ketidakpahaman satu sama lain sehingga dapat memunculkan konflik.
Di sekolah, tidak sedikit guru yang tidak memahami karakter siswanya. Guru yang hanya sekedar memberi teori tentang mata pelajaran dan tidak memperhatikan perkembangan anak didik akan menjadi guru yang apatis dan egois sehingga jarang disukai anak didik. Anak didik yang tidak dapat menerima perlakuan dari guru akan melakukan hal lain yang dapat mengambil perhatian guru dan menimbulkan keributan pada guru yang  lain.  Dalam belajar pun guru yang tidak memahami kepribadian siswa akan sulit untuk memberikan model-model pembelajaran yang akan menarik minat siswa sehingga proses transfer pengetahuan menjadi terhambat.
Berdasarkan penjabaran kasus di atas sangat perlu bagi kita untuk memahami kepribadian siswa sebelum menjadi pendidik yang sesungguhnya. Hal-hal yang terkait dengan kepribadian akan dibahas pada bab pembahasan.
B.    Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan kepribadian?
2.      Apa sajakah tipe-tipe kepribadian siswa?
3.      Apa sajakah fakor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kepribadian.
4.      Apa pengaruh kepribadian siswa terhadap prestasi belajar?
C.    Tujuan
1.      Mengetahui pengertian kepribadian.
2.      Mengetahui tipe-tipe kepribadian siswa.
3.      Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kepribadian.
4.      Mengetahui pengaruh kepribadian siswa terhadap prestasi belajar.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kepribadian dan Prestasi Belajar
Kepribadian bahasa inggrisnya “personality”, berasal dari bahasa yunani “per” dan “sonare” yang berarti topeng, tetapi juga berasal dari kata “personae” yang berarti pemain sandiwara, yaitu pemain yang memakai topeng tersebut. Dua kata tersebut diartikan Ross Stagner (dalam Sukmadinata, 2003: 136) menjadi dua macam. Pertama, kepribadian sebagai topeng (mask personality), yaitu kepribadian yang berpura-pura, yang dibuat-buat, yang semu atau mengandung kepalsuan. Kedua, kepribadian sejati (real personality) yaitu kepribadian yang sesungguhnya, yang asli.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Offline versi 1.3 pengertian kepribadian yaitu sifat hakiki yang dimiliki atau tercermin pada sikap seseorang atau bangsa yang membedakannya dari orang atau bangsa lain. Hal ini berarti kepribadian yang dimaksud merupakan ciri khas berbeda yang dimiliki individu yang satu dengan individu yang lain.
Kepribadian merupakan suatu kesatuan yang menyeluruh dan kompleks. Setiap orang memiliki kepribadian tersendiri. Walaupun demikian para ahli tetap berusaha untuk menyederhanakannya dengan cara melihat satu atau beberapa faktor dominan, ciri utama, atau melihat beberapa kesamaan. Atas dasar itu maka sejak lama para ahli mengadakan pengelompokkan kepribadian atau tipologi kepribadian.
Sedangkan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Di dalam webster’s New Internasional Dictionary mengungkapkan tentang prestasi yaitu:
“Achievement test a standardised test for measuring the skill or knowledge by person in one more lines of work a study” (Webster’s New Internasional Dictionary, 1951 : 20)
Mempunyai arti kurang lebih prestasi adalah standart test untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan bagi seseorang didalam satu atau lebih dari garis-garis pekerjaan atau belajar. Dalam kamus populer prestasi ialah hasil sesuatu yang telah dicapai (Purwodarminto, 1979 : 251)
Menurut Drs. H. Abu Ahmadi menjelaskan pengertian Prestasi Belajar sebagai berikut: Secara teori bila sesuatu kegiatan dapat memuaskan suatu kebutuhan, maka ada kecenderungan besar untuk mengulanginya. Sumber penguat belajar dapat secara ekstrinsik (nilai, pengakuan, penghargaan) dan dapat secara ekstrinsik (kegairahan  untuk menyelidiki,  mengartikan situasi).
Disamping itu siswa memerlukan/ dan harus menerima umpan balik secara langsung derajat sukses pelaksanaan tugas (nilai raport/nilai test) (Psikologi Belajar DRS.H Abu Ahmadi, Drs. Widodo Supriyono 151)
B.     Tipe-tipe Kepribadian Siswa
Aspek yang paling menantang dari menjadi seorang guru adalah bahwa siswa dalam satu kelas tidak berada dalam satu set tipe yang seragam. Suatu kelas yang diisi oleh dua puluh siswa akan memiliki dua puluh kepribadian yang berbeda dan terdiri dari dua puluh kemampuan akademis. Persoalannya, ketika kekuatan satu orang siswa memberikan pengaruh terhadap siswa lain dan sebaliknya. Kebanyakan dari siswa kita, mereka yang berkepribadian baik kurang begitu memberikan pengaruh dan motivasi dibandingkan dengan siswa-siswa yang berkepribadian buruk yang lebih cenderung agresif. 
Hal semacam di atas sangat menantang bagi seorang guru, bahkan guru yang paling efektif sekalipun. Adalah sangat sulit untuk mendidik semua siswa hanya dengan menggunakan satu pendekatan, sehingga seorang guru terbaik akan memperlakukan dan memberikan pembelajaran secara berbeda-beda untuk masing-masing siswa. Hal yang sangat penting bahwa ketika memasuki awal tahun ajaran seorang guru untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan masing-masing siswa. Hal ini dapat dilakukan melalui inventarisasi minat, ketertarikan, melalui survei kepribadian, dan melakukan penilaian patokan.
Meskipun demikian, adanya perbedaan kepribadian dan kekuatan serta kelemahan akademik pada siswa dapat menantang, tetapi yang jelas membuat seorang guru menjadi tertarik dan tertantang. Dapat dibayangkan, jika semua siswa dalam kelas memiliki kemampuan dan kepribadian yang homogen, tentu saja akan menjadi pekerjaan yang sangat membosankan. Siswa memiliki perbedaan utama dalam beberapa bidang yang berbeda di dalam aspek kepribadian dan akademisnya. Ada banyak kombinasi dari dua aspek tersebut, terutama di bidang kepribadian.
Ada beberapa jenis tipe kepribadian yang sering dijumpai oleh seorang guru pada siswanya ketika berada dalam kelas/pembelajaran, diantaranya adalah:
·         Bully (Pengganggu)
Tipe siswa pengganggu biasanya memilih siswa lainnya yang tidak dapat atau tidak akan membela diri sebagai sasarannya. Siswa pengganggu sering kali menimbulkan rasa tidak aman yang berlebihan dan memangsa siswa-siswa lainya yang lemah. Ada berbagi jenis pengganggu: fisik, verbal, dan cyber. Kebanyakan siswa tidak akan mau berdekatan/berteman dengan siswa lainnya yang menjadi korban bullying karena takut akibatnya.
·         Class Clown
Setiap kelas biasanya memiliki satu atau beberapa orang siswa dipercaya sebagai siswa yang menjalankan tugas untuk ajang hiburan atau penghibur di kelasnya. Siswa-siswa semacam ini menyukai perhatian dan tujuan utama mereka adalah untuk mendapatkan tertawaan dari temannya. Namun dalam kondisi tertentu siswa semacam ini adalah masalah dan mereka seringkali menjadi bahan perbincangan para guru dan pihak sekolah.



·         Clueless
Siswa-siswa tipe ini tidak mengerti isyarat-isyarat sosial atau sarkasme. Mereka bisa menjadi sasaran empuk bagi pengganggu, terutama intimidasi verbal. Mereka sering disebut sebagai "si pirang" atau "si kepala air". Mereka biasanya santai dan easy-going.
·         Motivated
Seorang mahasiswa yang termotivasi sering dipandang sebagai pekerja yang sangat keras untuk mencapai tujuan tertentu. Mereka mungkin bukan merupakan siswa yang secara alami pintar, tapi mereka biasanya dapat mengatasi masalah belajar melalui kerja kerasnya. Guru biasanya senang telah mampu memotivasi siswa karena mereka ingin belajar, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan melakukan apa saja untuk mencapai tujuan mereka.
·         Natural Leader
Natural leader adalah seseorang siswa yang dipandang memiliki kelebihan. Mereka biasanya sangat antusias, disukai, dan berpengetahuan luas. Mereka sering bahkan tidak menyadari bahwa orang lain memperhatikan mereka. Tipe siswa natural leader sering memimpin siswa lain dengan contoh, tetapi memiliki kemampuan yang unik untuk membuat orang lain untuk mendengarkan mereka ketika berbicara.
·         Nerd (Kutu Buku)
Biasanya, kutu buku memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Mereka sering dianggap sebagai yang berbeda atau unik dan secara fisik telah matang sebelum waktunya. Hal demikian menjadikan mereka merupokan target para siswa pengganggu. Mereka memiliki minat yang unik dibandingkan dengan teman-teman mereka dan sering ulet terhadap kepentingan-kepentingan tertentu.
·         Organized
Siswa tipe ini ini hampir selalu siap untuk belajar. Mereka jarang lupa untuk menyelesaikan pekerjaan rumah dan membawa apa yang mereka butuhkan ke dalam kelas. Loker atau mejanya sangat rapi dan teratur. Mereka selalu tepat waktu dan siap untuk belajar saat kelas dimulai. Mereka tidak pernah lupa tenggat dan waktu, mahir dalam melaksanakan tugas, dan mampu mengatur waktu.
·         Pot Stirrer
Siswa tipe ini sering disebut "pengaduk panci" yang suka membuat cerita-cerita/drama bohong di tengah-tengah temannya. Mereka mencari potongan-potongan kecil informasi yang dapat mereka gunakan untuk mengubah pandangan satu siswa terhadap siswa lainnya. Siswa-siswa tipe ini merupakan 'guru manipulator', bahkan ia seringkali mengubah cerita untuk memastikan bahwa ada di sana ada drama. Mereka memahami kunci-kunci apa yang mempu mempengaruhi pikiran temannya dan mereka juga sangat baik pada melakukan hal itu.
·         Quiet as Mouse
Siswa tipe ini sering pemalu dan / atau kurang banyak tertarik. Mereka hanya memiliki beberapa teman dan teman-temanya juga biasanya memiliki kepribadian yang sama (tenang). Mereka tidak pernah terjebak kesulitan, tapi mereka jarang berpartisipasi dalam diskusi kelas. Mereka menghindari konflik dan tetap memainkan perannya secara jelas. Siswa tipe bisa sangat sulit bagi seorang guru untuk mengukur seberapa baik belajar mereka.
·         Respecful
Siswa tipe ini tidak pernah memiliki apa pun selain ungkapan sebagai siswa yang menyenangkan. Mereka selalu mau melakukan apapun dan biasanya disukai. Mungkin mereka bukan siswa yang paling populer, tapi tidak ada yang memiliki seorangpun yang menyenangkan selain mereka . Mereka selalu mengatakan ungkapan-ungkapan sopan: silakan!, terima kasih!, dan maaf!. Mereka menanggapi orang dalam otoritas dengan ungkapan: ya Bu!, tidak ada Bu!, ya Pak!, dan tidak ada Pak!.
·         Smart Aleck
Siswa tipe ini sangat sarkastis, argumentatif, dan konfrontatif. Mereka selalu mempertanyakan atau mengomentari segala sesuatu yang dikatakan oleh siapa pun termasuk perkataan gurunya. Mereka cerdas dan mampu merespon dengan cepat situasi apa pun. Siswa-siswa tipe ini memiliki kemampuan unik untuk mengganggu gurunya dan menikmati melakukan hal itu.
·         Socialite
Seorang siswa tipe sosialita akan berbicara dengan dinding jika mereka pikir itu akan membalas pembicaraannya. Mereka selalu memiliki sesuatu untuk dikatakan dan sulit untuk berhenti bahkan walapun hanya beberapa menit tanpa berbicara. Mereka mencintai diskusi kelas dan dialah siswa yang pertama mengangkat tangan mereka ketika guru mengajukan pertanyaan. Tidak ada batasan topik. Mereka adalah ahli dalam segala hal dan senang mendengar suara mereka sendiri.
·         Unmotivated
Seorang siswa yang tidak termotivasi biasanya dicap sebagai pemalas. Mereka tidak memiliki dorongan untuk berhasil secara akademis. Mereka hanya ada karena mereka harus. Dalam banyak kasus, mereka tidak memiliki dukungan orangtua yang memperlakukan mereka di rumahnya untuk menjadi orang yang sukses. Guru mereka biasanya banyak frustrasi karena sebetulnya mereka memiliki potensi, tapi menolak untuk menyelesaikan atau menyerahkan tugas.
·         Unorganized
Siswa-siswa tipe ini benar-benar menggagalkan guru. Mereka selalu lupa untuk menyelesaikan pekerjaan rumah atau catatan penting. Loker atau meja mereka sangat kacau. Mereka sering menyerahkan kertas kusut karena seringkali bertumpuk, tas sekolah, atau buku-buku di dalam lokernya. Mereka sering terlambat masuk kelas / sekolah dan sangat tidak mampu mengatur waktu mereka.
C.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Kepribadian
Andi Mappiare mengatakan bahwa kepribadoian terbentuk dari tiga faktor yaitu pembawaan (hereditas), lingkungan, dan citra diri (self concept).
1.      Pembawaan (hereditas)
Pembawaan ialah segala sesuatu yang telah dibawa oleh anak sejak lahir, baik yang bersifat kejiwaan maupun yang bersifat keturunan. Anak merupakan warisan dari sifat-sifat pembawaan orang tuanya yang merupakan potensi tertentu.
Beberapa ahli ilmu pengetahuan menekankan pentingnya faktor keturunan ini bagi pertumbuhan fisik, mental maupun sifat kepribadian yang diinginkan.
2.      Lingkungan
Faktor lingkungan yang ikut mempengaruhi terbentuknya kepribadian terdiri dari lingkungan bersifat sosial dan lingkungan fisik. Yang dimaksud lingkungan sosial ialah lingkungan yang terdiri dari sekelompok individu (group) interaksi antara individu tersebut menimbulkan proses sosial dan proses ini mempunyai pengaruh yang penting dalam perkembangan pribadi seseorang dengan pendidikan lingkungan sosial yang disebut pergaulan erat dengan seseorang berupa tingkah laku, sikap, mode pakaian atau cara berpakaian dan sebagainya.
Lingkungan fisik (alam) mempunyai pengaruh terhadap perkembangan pribadi seseorang. Yang dimaksud lingkungan alam disini adalah segala sesuatu yang ada di sekitar anak selain individu dan benda-benda kebudayaan antara lain keadaan geografis dan klimatologis. Anak yang dibesarkan di daerah pantai akan lain dengan anak yang dibesarkan di daerah pegunungan.
Meskipun kebudayaan mempunyai pengaruh terhadap kepribadian seseorang, namun kadar pengaruhnya berbeda menurut umur dan fase pertumbuhan.
Faktor lingkungan yang paling berperan dalam perkembangan kepribadian adalah rumah, sekolah dan teman sebaya.
·         Rumah
Rumah adalah lingkungan pertama yang berperan dalam pembentukan kepribadian. Bebrapa sifat lingkungan rumah yang memungkinkan anak membentuk sifat-sifat kepribadian adalah kesediaan orang tua menerima anak sebagai anggota keluarga, adanya sikap demokratis, keadaaan ekonomis yang serasi, penyesuaian yang baik antara ayah dan ibu dalam pernikahan dan penerimaan sosial para tetangga terhadap keluarga.



·         Sekolah
Sekolah adalah tempat dimana anak dapat belajar dan menimba ilmu. Lingkungan sekolah yang bersih, rapi akan membantu anak belajar dengan tenang dan nyaman. Disamping itu hubungan antara siswa dengan guru, dan hubungan antara siswa dengan lingkungan sekolah lainnya perlu dijaga karena hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak.
·         Teman sebaya
Baik di sekolah maupun di luar sekolah kepribadian anak banyak dipengaruhi oleh teman sebayanya. Dalam lingkungan sekolah anak belajar bermain dengan anak lain, belajar bekerjasama dengan anak lain. Anak dan remaja berusaha mencapai realisasi diri melalui keberhasilan, ia harus melebihi hasilnya sendiri untuk dapat maju dan harus dapat menyayangi orang lain juga. Cara-cara yang memberikan keberhasilan dalam persaingan dalam hubungan dengan teman sekolah, akan dipakainya dalam kompetisi selanjutnya. Kebiasaan ini akan berlangsung terus dalam integrasi kepribadian pada masa dewasa.
3.      Citra diri (self concept)
Faktor yang tidak kalah penting dalam memahami perkembangan kepribadian anak ialah self concept (citra diri) yaitu kehidupan kejiwaan yang terdiri atas perasaan, sikap pandang, penilaian, dan anggapan yang semuanya akan terpengaruh dalam keputusan tindakan sehari-hari.
Seseorang dengan citra dirinya menilai dirinya sendiri dan menilai lingkungan sosial. Moral sebagian standart yang muncul dari agama dan lingkungan sosial, memberi konsep-konsep yang baik dan buruk, patut dan tidak patut secara mutlak, akan tetapi seseorang tidak begitu saja menerima melainkan dipertentangkan dengan citra diri yang dimilikinya.
Dari kedua faktor di atas, faktor lingkungan dan keturunan sangat berpengaruh bagi perkembangan kepribadian anak. Faktor keturunan pada umumnya lebih kuat pengaruhnya pada tingkat bayi, sedang faktor lingkungan lebih besar pengaruhnya apabila insan telah meningkat dewasa.
D.    Pengaruh Kepribadian Siswa Terhadap
Saat ini begitu banyak siswa yang tampaknya kurang termotivasi untuk sekolah. Hal ini memang lebih banyak dijumpai pada siswa remaja. Namun agar penyakit ini tidak menular ke siswa SD maka diperlukan usaha yang maksimal untuk menciptakan lingkungan belajar yang dapat memotivasi siswanya.
Pada dasarnya ada dua macam motivasi yang dapat menentukan keberhasilan seseorang, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Diantara keduanya motivasi intrinsik merupakan motivasi yang terpenting dalam diri seseorang, dan motivasi inilah yang diharapkan lebih ditingkatkan dalam diri individu. Hal ini dapat dimengerti karena motivasi intrinsik merupakan sumber yang kuat dan positif dalam kehidupan manusia.
Untuk meningkatkan motivasi intrinsik, diperlukan usaha untuk menciptakan suatu Kegiatan Belajar yang menantang, yang dapat mendorong rasa ingin tahu anak, yang dapat mengontrol dan dapat meningkatkan daya imajinasi siswa. Untuk menciptakan situasi belajar yang demikian memang diperlukan usaha yang maksimal dari pengajarnya.
Dalam mencapai sesuatu, kita dapat menentukan apakah seseorang lebih berorientasi pada mastery atau tugas, ataukah berorientasi helpless (merasa tidak berdaya, dimana anak sudah menyerah ketika diberi suatu tugas yang sulit). Orientasi pada tugas merupakan hal yang positif yang perlu dikembangkan pada diri seseorang, karena anak yang berorientasi pada tugas umumnya mementingkan kemampuannya, memusatkan perhatian pada strategi belajarnya. Anak juga umumnya berpikir dan bertindak hati-hati, dan sangat senang pada tugas-tugas yang penuh tantangan. Bagaimana cara anak memandang kecerdasannya, sejauh mana ia percaya akan kemampuannya dapat berpengaruh pada kemampuan dan harapan anak untuk menguasai suatu pelajaran. Sikap orang tua dan bagaimana lingkungan rumah serta jenis pola asuh yang diterapkan di rumah turut berperan dalam perwujudan motivasi intrinsiknya
Faktor-faktor psikologis lainnya yang juga perlu dipertimbangkan dalam meningkatkan motivasi, khususnya motivasi intrinsik seseorang adalah bagaimana guru menciptakan suatu lingkungan belajar yang menyenangkan dan memotivasi siswanya. Sebelum menggunakan suatu kegiatan belajar tertentu, guru perlu membuat perencanaan terlebih dahulu. Guru harus jeli dalam melihat kelompok siswa yang ada di kelasnya, apakah tipe individualistik, kooperatif atau tipe kompetitif (senang bersaing). Bagaimana iklim kelas, interaksi guru dan siswanya, kegiatan manajemen guru di kelas, cara guru mengajar dan lain-lain juga turut berpengaruh dalam memotivasi siswanya. Adalah tugas guru dalam menciptakan situasi belajar di kelas. Namun di lingkungan rumah pun orang tua perlu menunjang apa yang diberikan guru di sekolahnya. Untuk itu komunikasi guru dan orang tua tampaknya perlu terjalin agar sejalan antara apa yang diajarkan di kelas maupun di rumah.






BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas bahwa kepribadian itu berbeda-beda pengertiannya. Sulit untuk menentukan batasan kepribadian. Ada yang mengartikan sebagai sesuatu yang dimiliki atau tidak dimiliki, sifat-sifat yang menarik atau tidak menarik, pengaruh seseorang kepada yang lain, keagresifan, terbatas kepada faktor-faktor jasmaniah, hasil kebudayaan, atau sebgai jumlah sifat atau ciri.
Prestasi belajar ialah hasil usaha bekerja atau belajar yang menunjukan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai. Sedangkan prestasi belajar hasil usaha belajar yang berupa nilai-nilai sebagai ukuran kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai seseorang, prestasi belajar ditunjukan dengan jumlah nilai raport atau test nilai sumatif.
Andi Mappiare mengatakan bahwa kepribadoian terbentuk dari tiga faktor yaitu pembawaan (hereditas), lingkungan, dan citra diri (self concept).
Ada sejumlah aspek kepribadian baik aspek fisik maupun psikis. Meskipun individu memiliki kepribadian sendiri-sendiri, para ahli mencoba mengklasifikasikannya ke dalam bentuk tipologi kepribadian berdasarkan pandangan masing-masing. Hal yang sangat penting dalam kepribadian adalah kesehatan mental. Kesehatan mental anak didik dapat dipelihara sejak dini oleh lingkungannya seperti upaya pencegahan ketidaksehatan mental yang dapat dilakukan oleh orang tua di rumah dan guru di sekolah.
B.     Saran
Pembahasan tentang kepribadian siswa telah lama diketahui dan dipelajari seorang calon pendidik sebelum ia turun ke lapangan untuk mendidik siswanya. Namun, pada kenyataannya sedikit guru yang memahami kepribadian dalam diri siswa tersebut sehingga mampu menerapkan teori belajar yang sesuai. Semoga pembaca makalah ini mampu bertindak lebih bijak dan positif terhadap berbagai macam kepribadian yang ditunjukkan siswa.






DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, Muhammad Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT     Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.     Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Farlinda, Iin. 2014. Makalah Kepribadian Siswa (Psikologi Pendidikan), [Online]. Tersedia: http://satuilmusatukehidupaniinfarlinda.blogspot.com. [10 April 2015]
Juhrodin, Udin. 2013. Mengenal Tipe-tipe Kepribadian Siswa, [Online]. Tersedia: http://jim-zam.blogspot.com. [10 April 2015]
Admin. 2013. Makalah Perkembangan Kepribadian Siswa, [Online]. Tersedia:  http://www.perkuliahan.com. [10 April 2015]
Widayati, Sri. Pengaruh Sekolah pada Kepribadian Sekolah, [Online]. Tersedia: http://www.g-excess.com. [10 April 2015]




3 komentar: