BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Permasalahan maupun konflik yang sering terjadi antara orang tua
dengan anak atau guru dengan siswanya baik secara fisik maupun batin terkadang
memunculkan keingintahuan di benak kita mengapa muncul konflik tersebut.
Peluang besar tejadinya permasalahan antar individu tersebut adalah
ketidakpahaman individu yang satu terhadap individu yang lain. Perbedaan salah
atu atau beberapa aspek yang dimiliki individu dapat memicu ketidakpahaman satu
sama lain sehingga dapat memunculkan konflik.
Di sekolah, tidak sedikit guru yang tidak memahami karakter
siswanya. Guru yang hanya sekedar memberi teori tentang mata pelajaran dan
tidak memperhatikan perkembangan anak didik akan menjadi guru yang apatis dan
egois sehingga jarang disukai anak didik. Anak didik yang tidak dapat menerima
perlakuan dari guru akan melakukan hal lain yang dapat mengambil perhatian guru
dan menimbulkan keributan pada guru yang lain. Dalam belajar pun
guru yang tidak memahami kepribadian siswa akan sulit untuk memberikan
model-model pembelajaran yang akan menarik minat siswa sehingga proses transfer
pengetahuan menjadi terhambat.
Berdasarkan penjabaran kasus di atas sangat perlu bagi kita untuk
memahami kepribadian siswa sebelum menjadi pendidik yang sesungguhnya. Hal-hal
yang terkait dengan kepribadian akan dibahas pada bab pembahasan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah
yang dimaksud dengan kepribadian?
2.
Apa
sajakah tipe-tipe kepribadian siswa?
3.
Apa
sajakah fakor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kepribadian.
4.
Apa
pengaruh kepribadian siswa terhadap prestasi belajar?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
pengertian kepribadian.
2.
Mengetahui
tipe-tipe kepribadian siswa.
3.
Mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kepribadian.
4.
Mengetahui
pengaruh kepribadian siswa terhadap prestasi belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kepribadian dan Prestasi Belajar
Kepribadian bahasa inggrisnya “personality”, berasal dari
bahasa yunani “per” dan “sonare” yang berarti topeng, tetapi juga berasal dari
kata “personae” yang berarti pemain sandiwara, yaitu pemain yang memakai topeng
tersebut. Dua kata tersebut diartikan Ross Stagner (dalam Sukmadinata, 2003:
136) menjadi dua macam. Pertama, kepribadian sebagai topeng (mask personality),
yaitu kepribadian yang berpura-pura, yang dibuat-buat, yang semu atau
mengandung kepalsuan. Kedua, kepribadian sejati (real personality) yaitu
kepribadian yang sesungguhnya, yang asli.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Offline versi 1.3
pengertian kepribadian yaitu sifat hakiki yang dimiliki atau tercermin pada
sikap seseorang atau bangsa yang membedakannya dari orang atau bangsa lain. Hal
ini berarti kepribadian yang dimaksud merupakan ciri khas berbeda yang dimiliki
individu yang satu dengan individu yang lain.
Kepribadian merupakan suatu kesatuan yang menyeluruh dan kompleks.
Setiap orang memiliki kepribadian tersendiri. Walaupun demikian para ahli tetap
berusaha untuk menyederhanakannya dengan cara melihat satu atau beberapa faktor
dominan, ciri utama, atau melihat beberapa kesamaan. Atas dasar itu maka sejak
lama para ahli mengadakan pengelompokkan kepribadian atau tipologi kepribadian.
Sedangkan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh
seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun
di luar sekolah. Di dalam webster’s New Internasional Dictionary
mengungkapkan tentang prestasi yaitu:
“Achievement test a standardised test for measuring the skill or
knowledge by person in one more lines of work a study” (Webster’s New
Internasional Dictionary, 1951 : 20)
Mempunyai arti kurang lebih prestasi adalah standart test
untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan bagi seseorang didalam satu atau
lebih dari garis-garis pekerjaan atau belajar. Dalam kamus populer
prestasi ialah hasil sesuatu yang telah dicapai (Purwodarminto, 1979 : 251)
Menurut Drs. H. Abu Ahmadi menjelaskan pengertian Prestasi
Belajar sebagai berikut: Secara teori bila sesuatu kegiatan dapat
memuaskan suatu kebutuhan, maka ada kecenderungan besar untuk mengulanginya.
Sumber penguat belajar dapat secara ekstrinsik (nilai, pengakuan, penghargaan) dan
dapat secara ekstrinsik (kegairahan untuk menyelidiki, mengartikan
situasi).
Disamping itu siswa memerlukan/ dan harus menerima umpan balik
secara langsung derajat sukses pelaksanaan tugas (nilai raport/nilai test)
(Psikologi Belajar DRS.H Abu Ahmadi, Drs. Widodo Supriyono 151)
B.
Tipe-tipe Kepribadian Siswa
Aspek yang paling menantang dari menjadi seorang guru adalah bahwa
siswa dalam satu kelas tidak berada dalam satu set tipe yang seragam. Suatu
kelas yang diisi oleh dua puluh siswa akan memiliki dua puluh kepribadian yang
berbeda dan terdiri dari dua puluh kemampuan akademis. Persoalannya, ketika
kekuatan satu orang siswa memberikan pengaruh terhadap siswa lain dan
sebaliknya. Kebanyakan dari siswa kita, mereka yang berkepribadian baik kurang
begitu memberikan pengaruh dan motivasi dibandingkan dengan siswa-siswa yang
berkepribadian buruk yang lebih cenderung agresif.
Hal semacam di atas sangat menantang bagi seorang guru, bahkan guru
yang paling efektif sekalipun. Adalah sangat sulit untuk mendidik semua siswa
hanya dengan menggunakan satu pendekatan, sehingga seorang guru terbaik akan
memperlakukan dan memberikan pembelajaran secara berbeda-beda untuk
masing-masing siswa. Hal yang sangat penting bahwa ketika memasuki awal tahun
ajaran seorang guru untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan masing-masing
siswa. Hal ini dapat dilakukan melalui inventarisasi minat, ketertarikan,
melalui survei kepribadian, dan melakukan penilaian patokan.
Meskipun demikian, adanya perbedaan kepribadian dan kekuatan serta
kelemahan akademik pada siswa dapat menantang, tetapi yang jelas membuat
seorang guru menjadi tertarik dan tertantang. Dapat dibayangkan, jika semua
siswa dalam kelas memiliki kemampuan dan kepribadian yang homogen, tentu saja
akan menjadi pekerjaan yang sangat membosankan. Siswa memiliki perbedaan utama
dalam beberapa bidang yang berbeda di dalam aspek kepribadian dan akademisnya.
Ada banyak kombinasi dari dua aspek tersebut, terutama di bidang kepribadian.
Ada beberapa jenis tipe kepribadian yang sering dijumpai oleh
seorang guru pada siswanya ketika berada dalam kelas/pembelajaran, diantaranya
adalah:
·
Bully (Pengganggu)
Tipe siswa pengganggu biasanya memilih siswa lainnya yang tidak
dapat atau tidak akan membela diri sebagai sasarannya. Siswa pengganggu sering
kali menimbulkan rasa tidak aman yang berlebihan dan memangsa siswa-siswa
lainya yang lemah. Ada berbagi jenis pengganggu: fisik, verbal, dan cyber.
Kebanyakan siswa tidak akan mau berdekatan/berteman dengan siswa lainnya yang
menjadi korban bullying karena takut akibatnya.
·
Class
Clown
Setiap kelas biasanya memiliki satu atau beberapa orang siswa
dipercaya sebagai siswa yang menjalankan tugas untuk ajang hiburan atau
penghibur di kelasnya. Siswa-siswa semacam ini menyukai perhatian dan tujuan
utama mereka adalah untuk mendapatkan tertawaan dari temannya. Namun dalam
kondisi tertentu siswa semacam ini adalah masalah dan mereka seringkali menjadi
bahan perbincangan para guru dan pihak sekolah.
·
Clueless
Siswa-siswa tipe ini tidak mengerti isyarat-isyarat sosial atau
sarkasme. Mereka bisa menjadi sasaran empuk bagi pengganggu, terutama
intimidasi verbal. Mereka sering disebut sebagai "si pirang" atau
"si kepala air". Mereka biasanya santai dan easy-going.
·
Motivated
Seorang mahasiswa yang termotivasi sering dipandang sebagai pekerja
yang sangat keras untuk mencapai tujuan tertentu. Mereka mungkin bukan
merupakan siswa yang secara alami pintar, tapi mereka biasanya dapat mengatasi
masalah belajar melalui kerja kerasnya. Guru biasanya senang telah mampu
memotivasi siswa karena mereka ingin belajar, mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
dan melakukan apa saja untuk mencapai tujuan mereka.
·
Natural
Leader
Natural leader adalah seseorang siswa yang dipandang memiliki
kelebihan. Mereka biasanya sangat antusias, disukai, dan berpengetahuan luas.
Mereka sering bahkan tidak menyadari bahwa orang lain memperhatikan mereka.
Tipe siswa natural leader sering memimpin siswa lain dengan contoh, tetapi
memiliki kemampuan yang unik untuk membuat orang lain untuk mendengarkan mereka
ketika berbicara.
·
Nerd (Kutu Buku)
Biasanya, kutu buku memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Mereka
sering dianggap sebagai yang berbeda atau unik dan secara fisik telah matang
sebelum waktunya. Hal demikian menjadikan mereka merupokan target para siswa
pengganggu. Mereka memiliki minat yang unik dibandingkan dengan teman-teman
mereka dan sering ulet terhadap kepentingan-kepentingan tertentu.
·
Organized
Siswa tipe ini ini hampir selalu siap untuk belajar. Mereka jarang
lupa untuk menyelesaikan pekerjaan rumah dan membawa apa yang mereka butuhkan
ke dalam kelas. Loker atau mejanya sangat rapi dan teratur. Mereka selalu tepat
waktu dan siap untuk belajar saat kelas dimulai. Mereka tidak pernah lupa
tenggat dan waktu, mahir dalam melaksanakan tugas, dan mampu mengatur waktu.
·
Pot
Stirrer
Siswa tipe ini sering disebut "pengaduk panci" yang suka
membuat cerita-cerita/drama bohong di tengah-tengah temannya. Mereka mencari
potongan-potongan kecil informasi yang dapat mereka gunakan untuk mengubah pandangan
satu siswa terhadap siswa lainnya. Siswa-siswa tipe ini merupakan 'guru
manipulator', bahkan ia seringkali mengubah cerita untuk memastikan bahwa ada
di sana ada drama. Mereka memahami kunci-kunci apa yang mempu mempengaruhi
pikiran temannya dan mereka juga sangat baik pada melakukan hal itu.
·
Quiet
as Mouse
Siswa tipe ini sering pemalu dan / atau kurang banyak tertarik.
Mereka hanya memiliki beberapa teman dan teman-temanya juga biasanya memiliki
kepribadian yang sama (tenang). Mereka tidak pernah terjebak kesulitan, tapi
mereka jarang berpartisipasi dalam diskusi kelas. Mereka menghindari konflik
dan tetap memainkan perannya secara jelas. Siswa tipe bisa sangat sulit bagi
seorang guru untuk mengukur seberapa baik belajar mereka.
·
Respecful
Siswa tipe ini tidak pernah memiliki apa pun selain ungkapan
sebagai siswa yang menyenangkan. Mereka selalu mau melakukan apapun dan
biasanya disukai. Mungkin mereka bukan siswa yang paling populer, tapi tidak
ada yang memiliki seorangpun yang menyenangkan selain mereka . Mereka selalu
mengatakan ungkapan-ungkapan sopan: silakan!, terima kasih!, dan maaf!. Mereka
menanggapi orang dalam otoritas dengan ungkapan: ya Bu!, tidak ada Bu!, ya
Pak!, dan tidak ada Pak!.
·
Smart
Aleck
Siswa tipe ini sangat sarkastis, argumentatif, dan konfrontatif.
Mereka selalu mempertanyakan atau mengomentari segala sesuatu yang dikatakan
oleh siapa pun termasuk perkataan gurunya. Mereka cerdas dan mampu merespon
dengan cepat situasi apa pun. Siswa-siswa tipe ini memiliki kemampuan unik
untuk mengganggu gurunya dan menikmati melakukan hal itu.
·
Socialite
Seorang siswa tipe sosialita akan berbicara dengan dinding jika
mereka pikir itu akan membalas pembicaraannya. Mereka selalu memiliki sesuatu
untuk dikatakan dan sulit untuk berhenti bahkan walapun hanya beberapa menit
tanpa berbicara. Mereka mencintai diskusi kelas dan dialah siswa yang pertama
mengangkat tangan mereka ketika guru mengajukan pertanyaan. Tidak ada batasan
topik. Mereka adalah ahli dalam segala hal dan senang mendengar suara mereka sendiri.
·
Unmotivated
Seorang siswa yang tidak termotivasi biasanya dicap sebagai
pemalas. Mereka tidak memiliki dorongan untuk berhasil secara akademis. Mereka
hanya ada karena mereka harus. Dalam banyak kasus, mereka tidak memiliki
dukungan orangtua yang memperlakukan mereka di rumahnya untuk menjadi orang
yang sukses. Guru mereka biasanya banyak frustrasi karena sebetulnya mereka
memiliki potensi, tapi menolak untuk menyelesaikan atau menyerahkan tugas.
·
Unorganized
Siswa-siswa tipe ini benar-benar menggagalkan guru. Mereka selalu
lupa untuk menyelesaikan pekerjaan rumah atau catatan penting. Loker atau meja
mereka sangat kacau. Mereka sering menyerahkan kertas kusut karena seringkali
bertumpuk, tas sekolah, atau buku-buku di dalam lokernya. Mereka sering
terlambat masuk kelas / sekolah dan sangat tidak mampu mengatur waktu mereka.
C.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Kepribadian
Andi Mappiare mengatakan bahwa kepribadoian terbentuk dari tiga
faktor yaitu pembawaan (hereditas), lingkungan, dan citra diri (self
concept).
1.
Pembawaan
(hereditas)
Pembawaan ialah segala sesuatu yang telah dibawa oleh anak sejak
lahir, baik yang bersifat kejiwaan maupun yang bersifat keturunan. Anak
merupakan warisan dari sifat-sifat pembawaan orang tuanya yang merupakan
potensi tertentu.
Beberapa ahli ilmu pengetahuan menekankan pentingnya faktor
keturunan ini bagi pertumbuhan fisik, mental maupun sifat kepribadian yang
diinginkan.
2.
Lingkungan
Faktor lingkungan yang ikut mempengaruhi terbentuknya kepribadian
terdiri dari lingkungan bersifat sosial dan lingkungan fisik. Yang dimaksud
lingkungan sosial ialah lingkungan yang terdiri dari sekelompok individu (group)
interaksi antara individu tersebut menimbulkan proses sosial dan proses ini
mempunyai pengaruh yang penting dalam perkembangan pribadi seseorang dengan
pendidikan lingkungan sosial yang disebut pergaulan erat dengan seseorang
berupa tingkah laku, sikap, mode pakaian atau cara berpakaian dan sebagainya.
Lingkungan fisik (alam) mempunyai pengaruh terhadap perkembangan
pribadi seseorang. Yang dimaksud lingkungan alam disini adalah segala sesuatu
yang ada di sekitar anak selain individu dan benda-benda kebudayaan antara lain
keadaan geografis dan klimatologis. Anak yang dibesarkan di daerah pantai akan
lain dengan anak yang dibesarkan di daerah pegunungan.
Meskipun kebudayaan mempunyai pengaruh terhadap kepribadian
seseorang, namun kadar pengaruhnya berbeda menurut umur dan fase pertumbuhan.
Faktor lingkungan yang paling berperan dalam perkembangan
kepribadian adalah rumah, sekolah dan teman sebaya.
·
Rumah
Rumah adalah lingkungan pertama yang berperan dalam pembentukan
kepribadian. Bebrapa sifat lingkungan rumah yang memungkinkan anak membentuk sifat-sifat
kepribadian adalah kesediaan orang tua menerima anak sebagai anggota keluarga,
adanya sikap demokratis, keadaaan ekonomis yang serasi, penyesuaian yang baik
antara ayah dan ibu dalam pernikahan dan penerimaan sosial para tetangga
terhadap keluarga.
·
Sekolah
Sekolah adalah tempat dimana anak dapat belajar dan menimba ilmu.
Lingkungan sekolah yang bersih, rapi akan membantu anak belajar dengan tenang
dan nyaman. Disamping itu hubungan antara siswa dengan guru, dan hubungan
antara siswa dengan lingkungan sekolah lainnya perlu dijaga karena hal tersebut
dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak.
·
Teman
sebaya
Baik di sekolah maupun di luar sekolah kepribadian anak banyak
dipengaruhi oleh teman sebayanya. Dalam lingkungan sekolah anak belajar bermain
dengan anak lain, belajar bekerjasama dengan anak lain. Anak dan remaja
berusaha mencapai realisasi diri melalui keberhasilan, ia harus melebihi
hasilnya sendiri untuk dapat maju dan harus dapat menyayangi orang lain juga.
Cara-cara yang memberikan keberhasilan dalam persaingan dalam hubungan dengan
teman sekolah, akan dipakainya dalam kompetisi selanjutnya. Kebiasaan ini akan
berlangsung terus dalam integrasi kepribadian pada masa dewasa.
3.
Citra
diri (self concept)
Faktor yang tidak kalah penting dalam memahami perkembangan
kepribadian anak ialah self concept (citra diri) yaitu kehidupan
kejiwaan yang terdiri atas perasaan, sikap pandang, penilaian, dan anggapan
yang semuanya akan terpengaruh dalam keputusan tindakan sehari-hari.
Seseorang dengan citra dirinya menilai dirinya sendiri dan menilai
lingkungan sosial. Moral sebagian standart yang muncul dari agama dan
lingkungan sosial, memberi konsep-konsep yang baik dan buruk, patut dan tidak
patut secara mutlak, akan tetapi seseorang tidak begitu saja menerima melainkan
dipertentangkan dengan citra diri yang dimilikinya.
Dari kedua faktor di atas, faktor lingkungan dan keturunan sangat
berpengaruh bagi perkembangan kepribadian anak. Faktor keturunan pada umumnya
lebih kuat pengaruhnya pada tingkat bayi, sedang faktor lingkungan lebih besar
pengaruhnya apabila insan telah meningkat dewasa.
D.
Pengaruh Kepribadian Siswa Terhadap
Saat ini begitu banyak siswa yang tampaknya kurang termotivasi
untuk sekolah. Hal ini memang lebih banyak dijumpai pada siswa remaja. Namun
agar penyakit ini tidak menular ke siswa SD maka diperlukan usaha
yang maksimal untuk menciptakan lingkungan belajar yang dapat memotivasi
siswanya.
Pada dasarnya ada dua macam motivasi yang dapat
menentukan keberhasilan seseorang, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Diantara keduanya motivasi intrinsik merupakan motivasi yang
terpenting dalam diri seseorang, dan motivasi inilah yang diharapkan lebih
ditingkatkan dalam diri individu. Hal ini dapat dimengerti karena motivasi
intrinsik merupakan sumber yang kuat dan positif dalam kehidupan manusia.
Untuk meningkatkan motivasi intrinsik, diperlukan usaha untuk
menciptakan suatu Kegiatan Belajar yang menantang, yang dapat mendorong rasa
ingin tahu anak, yang dapat mengontrol dan dapat meningkatkan daya imajinasi
siswa. Untuk menciptakan situasi belajar yang demikian memang diperlukan usaha
yang maksimal dari pengajarnya.
Dalam mencapai sesuatu, kita dapat menentukan apakah seseorang
lebih berorientasi pada mastery atau tugas, ataukah berorientasi helpless
(merasa tidak berdaya, dimana anak sudah menyerah ketika diberi suatu tugas
yang sulit). Orientasi pada tugas merupakan hal yang positif yang perlu
dikembangkan pada diri seseorang, karena anak yang berorientasi pada tugas
umumnya mementingkan kemampuannya, memusatkan perhatian pada strategi
belajarnya. Anak juga umumnya berpikir dan bertindak hati-hati, dan sangat
senang pada tugas-tugas yang penuh tantangan. Bagaimana cara anak memandang
kecerdasannya, sejauh mana ia percaya akan kemampuannya dapat berpengaruh pada
kemampuan dan harapan anak untuk menguasai suatu pelajaran. Sikap orang tua dan
bagaimana lingkungan rumah serta jenis pola asuh yang diterapkan di rumah turut
berperan dalam perwujudan motivasi intrinsiknya
Faktor-faktor psikologis lainnya yang juga perlu dipertimbangkan
dalam meningkatkan motivasi, khususnya motivasi intrinsik seseorang adalah
bagaimana guru menciptakan suatu lingkungan belajar yang menyenangkan dan
memotivasi siswanya. Sebelum menggunakan suatu kegiatan belajar tertentu, guru
perlu membuat perencanaan terlebih dahulu. Guru harus jeli dalam melihat
kelompok siswa yang ada di kelasnya, apakah tipe individualistik, kooperatif
atau tipe kompetitif (senang bersaing). Bagaimana iklim kelas, interaksi guru
dan siswanya, kegiatan manajemen guru di kelas, cara guru mengajar dan
lain-lain juga turut berpengaruh dalam memotivasi siswanya. Adalah tugas guru
dalam menciptakan situasi belajar di kelas. Namun di lingkungan rumah pun orang
tua perlu menunjang apa yang diberikan guru di sekolahnya. Untuk itu komunikasi
guru dan orang tua tampaknya perlu terjalin agar sejalan antara apa yang
diajarkan di kelas maupun di rumah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas bahwa kepribadian itu berbeda-beda
pengertiannya. Sulit untuk menentukan batasan kepribadian. Ada yang mengartikan
sebagai sesuatu yang dimiliki atau tidak dimiliki, sifat-sifat yang menarik
atau tidak menarik, pengaruh seseorang kepada yang lain, keagresifan, terbatas
kepada faktor-faktor jasmaniah, hasil kebudayaan, atau sebgai jumlah sifat atau
ciri.
Prestasi belajar ialah hasil usaha bekerja
atau belajar yang menunjukan ukuran kecakapan yang dicapai dalam
bentuk nilai. Sedangkan prestasi belajar hasil usaha belajar yang
berupa nilai-nilai sebagai ukuran kecakapan dari usaha belajar yang
telah dicapai seseorang, prestasi belajar ditunjukan dengan jumlah nilai raport
atau test nilai sumatif.
Andi Mappiare mengatakan bahwa kepribadoian terbentuk dari tiga faktor
yaitu pembawaan (hereditas), lingkungan, dan citra diri (self concept).
Ada sejumlah aspek kepribadian baik aspek fisik maupun psikis.
Meskipun individu memiliki kepribadian sendiri-sendiri, para ahli mencoba
mengklasifikasikannya ke dalam bentuk tipologi kepribadian berdasarkan
pandangan masing-masing. Hal yang sangat penting dalam kepribadian adalah
kesehatan mental. Kesehatan mental anak didik dapat dipelihara sejak dini oleh
lingkungannya seperti upaya pencegahan ketidaksehatan mental yang dapat dilakukan
oleh orang tua di rumah dan guru di sekolah.
B.
Saran
Pembahasan tentang kepribadian siswa telah lama diketahui dan
dipelajari seorang calon pendidik sebelum ia turun ke lapangan untuk mendidik
siswanya. Namun, pada kenyataannya sedikit guru yang memahami kepribadian dalam
diri siswa tersebut sehingga mampu menerapkan teori belajar yang sesuai. Semoga
pembaca makalah ini mampu bertindak lebih bijak dan positif terhadap berbagai
macam kepribadian yang ditunjukkan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, Muhammad Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2003. Landasan Psikologi Proses
Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Farlinda, Iin. 2014. Makalah Kepribadian Siswa (Psikologi Pendidikan),
[Online]. Tersedia: http://satuilmusatukehidupaniinfarlinda.blogspot.com.
[10 April 2015]
Juhrodin, Udin. 2013. Mengenal Tipe-tipe Kepribadian Siswa, [Online].
Tersedia: http://jim-zam.blogspot.com.
[10 April 2015]
Admin. 2013. Makalah Perkembangan Kepribadian Siswa,
[Online]. Tersedia: http://www.perkuliahan.com. [10 April
2015]
Widayati, Sri. Pengaruh Sekolah pada Kepribadian Sekolah,
[Online]. Tersedia: http://www.g-excess.com.
[10 April 2015]
thanks, bacaan yg bagus
BalasHapusTerimaksih banyak :)
BalasHapusTerimaksih banyak :)
BalasHapus